SOLUSI SAKIT MAAG

Blog pengalaman sembuh sakit maag kronis | obat alami sakit maag | makanan sakit maag | cara sembuh sakit maag | pantangan sakit maag

http://solusi-sakit-maag.blogspot.com/2014/07/resensi-buku-rahasia-sembuh-sakit-maag.html

PERLAHAN BERBENAH DIRI

PERLAHAN BERBENAH DIRI


Bismillahirrahmanirrahiim...

Alhamdulillahirabbil’alamiin. Pagi ini Allah ijinkan saya menulis tentang “Perlahan Berbenah Diri”. Semoga bermanfaat menjadi pencerahan jiwa bagi kita semua. Aamiin Ya Robb. Salam serta sholawat yang serindu-rindunya kepada Baginda Nabi Agung Muhammad Rasulullah Saw. Semoga terlimpah pula bagi Keluarga Baginda, Para Sahabat, serta kita semua yang tetap berkhidmad kepada Baginda Saw. hingga akhir hayat. Aamiin.

Bebenah untuk apa ?

Dulu waktu saya masih kecil, setiap ditanya orang, :”Besuk kalau besar mau jadi apa dik ?”.”Jadi dokter” spontan jawabku. Padahal saat kecil saya belum ngerti apa-apa tentang seorang dokter. Yang bisa saya tangkap dalam otak kecil saya hanyalah, dokter itu kalau nyuntik orang terus dapet duit. Kalau yang periksa banyak. Tentu duitnya juga banyak.

Sama sekali belum mengerti bagaimana sulitnya meraih gelar dokter. Tak ngerti kalau diktat yang harus dipelajari begitu tebel-tebelnya. Menghafalkan rumus-rumus kimia dan fisika betapa njlimetnya. Belum lagi tak terbayang sedikitpun bahwa masuk sekolah dokter itu biayanya muahal sekali...kalau sekarang harus keluar ratusan juta rupiah hanya untuk masuk fakultas kedokteran.

Dulu waktu kecil. Tahunya bahwa jadi dokter itu enak-enaknya orang he he...

Seiring perjalanan waktu. Selepas SMA terus dinikahkan oleh orangtua.Tidak mencari sendiri. Sehingga segala kesulitan yang dialami, lalu tanpa sadar ditumpahkan ke orangtua. Gara-gara..Tak jadi sekolah dokter juga tak ada rasa kecewa. Karena ingin jadi dokter sepertinya bukan tujuan yang benar-benar saya cita-citakan he he. Apalagi orang tua saya termasuk bukan orang yang mampu.

Setelah perjalanan pernikahan terpaksa “putus” karena beda akidah yang dipaksakan, tanpa sadar pula dalam hati penuh penyesalan. Gara-gara...

Orangtua lagi..Orangtua lagi...yang dianggap salah. Dan waktu itu sama sekali tak sadar bahwa menyalahkan orangtua adalah dosa besar.

Apalagi ketika perjalanan nasib membawa saya jadi pembantu rumah tangga di Bontang. “Oh ternyata begini beratnya ya melakoni hidup ikut orang dirantau  sebagai pembantu”, yang tak mempunyai kebebasan berpendapat. Kalau makan harus menghabiskan dulu masakan lama terlebih dahulu (Kapan makan makanan baru ? Yang harus saya makan selalu makanan yang sudah hampir tak layak makan. Duuh...Duuh..). Semuanya harus nuwun inggih sendiko dawuh ? ( Iya. Siap laksanakan !). Rasanya sengsara sekali..waktu itu..Tapi saya waktu itu melakoninya dengan sabar. Mungkin memang itulah yang harus saya lakoni waktu itu.

Setelah sebelumnya saya jadi isteri pejabat, dimana pembantu tidak hanya satu. Belanja tinggal belanja . Karena saya juga bisa mencari uang sendiri diluar pemberian suami. Dan semua serba bisa. Ingin ini, ingin itu, tak perlu mengekang diri ? Lha kok kemudian harus melakoni sendiri jadi pembantu rumah tangga ? Subhanalloh...

Itulah hidup. Dimana harus menjalani takdir yang tak dapat ditolak. Kadang mulus jalannya. Kadang harus melalui lubang-lubang. Ada kalanya tak terduga terjungkal di tebing yang terjal. Semua adalah pelajaran dan hikmah. Takdir Allah semua sempurna adanya bagi setiap manusia. Dan kehendak Allah agar semua mau menjalaninya dengan baik, mau bersyukur, serta mengerti bahwa kehendakNya selalu baik adanya. Dan memang demikian hakekatnya..

Saya juga tidak mengerti, bahwa 18 tahun harus mengalami penderitaan panjang yang sangat menyiksa, “sakit maag dan asam lambung” yang sangat parah, dimana rasanya tak bisa dibilang lagi, ada kehendakNya yang Maha Baik untuk para penderita maag dan asam lambung. Yaitu saya “diberiNya amanah” untuk menyampaikan tentang pengalaman sakit maag dan asam lambung lewat blog ini, sehingga diharapkan bisa membantu Anda semua untuk memperoleh kesembuhan Anda dan siapapun yang menderita sakit maag dan asam lambung. Agar tak berlama-lama sakitnya seperti saya. Makan waktu, energi, biaya dan semua pengorbanan yang lain. Dan agar Anda sekalian “tak meremehkan sakit maag”

Jika saya ketika sakit berhenti pada mengeluh dan mengeluh. Terus menyalahkan orangtua dan sekeliling, tak interospeksi dan tak mencari rasa syukur dalam hidup, serta tak “berbenah diri”, tentu Anda tak bakal ketemu dengan tulisan-tulisan saya di blog ini. Yang bagi saya “sangat bermakna” untuk mengenang dan interospeksi diri, dalam suka maupun duka.

Berbenah diri adalah mencari kekurangan diri, mencari ilmu dan mengamalkannya untuk memperoleh perubahan ! Perubahan yang terus menerus setiap saat kearah yang lebih baik dari sebelumnya.

Mengapa perlu bebenah ?


Hidup adalah perjalanan. Berjalan ada start ada tujuan akhir. Dan setiap perjalanan tentu ada terminal pemberhentian. Untuk beristirahat. Atau untuk berganti tumpangan menuju tujuan akhir. Adakah sebuah perjalanan yang dari keberangkatan awal hingga tujuan akhir langsung sampai tak melalui estafet lebih dulu ? Tidak bukan ? Semuanya melalui estafet. Atau tahapan untuk menuju tujuan selanjutnya hingga akhirnya sampailah ke tujuan akhir.

Hidup juga perlu berbenah. Tetapi sebelum berbenah perlu tahu, atau ditancapkan dulu tujuan akhirnya mau kemana ? Saya, alhamdulillah, sejak kelas 5 SD sudah “mempunyai tekad yang sangat kuat”, yaitu mencari Allah dan harus bisa bertemu denganNya bagaimana caranya, sebelum kematian datang menjemput. Sambil terus mohon Ridho dan bimbinganNya.

Tak aneh, dan tak perlu disesali jika perjalanan hidup saya dari mulai kecil hingga setua ini penuh onak duri, dan ujian yang menghantam bertubi-tubi. Tapi “ajaib”, selalu bisa selesai “dengan manis” atas bimbingan dan pertolonganNya.

Jika manusia menyadari, bahwa “terminal terakhir adalah kematian”, mustinya tujuan akhirnya harus diselaraskan. Dan bekal yang sungguh-sungguh harus dipersiapkan adalah menuju kematian ! Baik dalam mempersiapkan prosesnya, serta bekal untuk kehidupan sesudah kematian itu sendiri. Karena disanalah sebenar-benarnya hidup yang kekal, abadi tiada akhir.

Untuk apa didunia hidup serba berkecukupan, jika di akherat kita tak mempunyai bekal yang cukup ? Apalagi jika tempatnya kelak di akherat adalah di neraka yang sarat dengan hukuman yang penuh penderitaan ?

 

Oleh karena itu Sahabat,


Tak peduli dimanapun posisi kita berada saat ini. Kita harus menyadari tujuan akhir hidup kita. Kenali posisi kita saat ini, dan apapun kondisinya bersyukurlah. Karena baik buruk dimata kita, semua kondisi yang kita alami adalah bagian dari skenario Allah SWT. untuk menggiring kita semua kembali kejalan kebenaran yang dikehendakiNya.

 

Teruslah mohon bimbingan dan perlindunganNya


Jadikan kondisi kita saat ini sebagai start untuk berbenah diri. Tak ada kata terlambat. Karena Allah Maha Pengampun, Maha Pemurah dan Maha Mengetahui. Sadarlah akan posisi diri saat ini. Sebagai suami ? isteri ? anak ? menantu perempuan atau laki-laki ? ibu atau bapak mertua ? sebagai bapak atau ibu ? Sebagai pegawai ? Sebagai murid sekolah ? Sebagai atasan ? Sebagai bawahan ? Sebagai pamong ? Sebagai warga masyarakat ? Sebagai Ustad atau Guru ngaji ? Sebagai tetangga ? dan apapun status, kedudukan, ataupun profesi kalian ? Sadarlah pada apapun status dan kondisi kita masing-masing.

Bahwa semua "mempunyai tugas dan kuwajibannya masing-masing" yang semuanya "harus dijalankan sesuai adab pada kedudukannya masing-masing". Jika belum tahu mengenai hal ini, bertanyalah kepada Al Qur’an. Jika bertanya kepada seseorang masih bisa salah, maka ketika Anda menanyakan kepada Al Qur’an tentang sesuatu hal, "jawabannya akan mutlak benar dan tak ada sesuatupun yang bisa diragukan". Karena Al Qur’an adalah Kata Allah. Firman Allah. Yang mampu membimbing kita kepada jalan kebenaran, “Jalan yang sebenar-benarnya jalan” yang diKehendaki olehNya.

Jika kita tak punya rasa malu kepada siapapun atas dosa-dosa kita, maka dihadapan Al Qur’an jika kita sedang mohon bimbingan, kita akan dibuat malu semalu-malunya, karena Al Qur’an akan mampu membelah dada kita dengan seluruh isinya. Disinilah salah satu letak kedahsyatan Al Qur’an. Ia bisa menjadi cermin yang canggih bagi manusia atas perbuatannya. Maka bercerminlah kepada Al Qur’anul Karim Sahabat. Agar tumbuh rasa malu kepada diri sendiri, lalu malu kepada Allah, dan akhirnya kita bisa memohon ampunan, taubatan nasuha kepada Allah Yang Maha Pengampun.

Apakah bekal bebenah ?

Bekal berbenah yaitu, memperbaiki diri dengan bercermin kepada Al Qur’an dan mohon bimbingan serta perlindunganNya setiap saat. Ya setiap saat. Bukan setiap waktu. Sebab tanpa bercermin Al Qur’an, tanpa mohon bimbingan serta perlindungan Allah setiap saat, manusia sangat mudahnya tergelincir kedalam dosa yang disadari maupun tak disadari.

Jika dosa sudah mulai mengahampiri, maka segala ketidaknyamanan hidup akan kita alami. Mulai dari sakit penyakit, banyak hutang, anak bandel susah diurus, suami atau isteri selingkuh, usaha bangkrut, blas tak ada kedamaian dilingkungan keluarga. Blas tak ada ketenangan di hati. Adanya hanya resah, gelisah, khawatir, panik, dan segala rasa tak nyaman lainnya. Boro-boro mengenal rasa syukur. Adanya hanya mengeluh dan mengeluh serta segala pikiran negatif melulu !

Inilah yang menjadi biangkeladi manusia jauh dari keberkahan, keberuntungan serta kebahagiaan hidup. Jauh dari kerejekiannya.

Sudahkah kita mulai bebenah ?

Yuk, meskipun kita merasa sudah terlambat. Mulailah berbenah diri. Perlahan tak apa. Namun dimulai. Jangan entar atau besuk. Sebab ajal selalu mengintai manusia setiap saat tanpa kita ketahui. Mulai taatlah kepada Allah SWT. Mencintai Rasulullah Saw. Benahi ibadah. Benahi hubungan kita dengan orang-orang disekitar kita. Siapapun dia. Insya Allah segala permasalahan hidup akan segera berakhir. Dan kebahagiaan akan segela menjelang. Aamiin.

Apakah hasil dari bebenah ? 

Jika kita sudah berbenah diri. Insya Allah hati kita akan tenang. Tak ada kekhawatiran. Tak ada kegelisahan. Tak ada kesedihan. Dalam keadaan apapun. Dan dalam kondisi yang bagaimanapun. Sebab jika kita mau berbenah diri, insya Allah akan tumbuh suatu kepasrahan yang total kepada Allah, dan kita akan mencapai ketenangan yang sempurna. Jika sudah demikian maka Kata Allah :”Aku akan tinggal didalam hati hambaKu yang tenang”. Maka inilah puncak kebahagiaan yang kita cari-cari karena selalu ada dalam RidhoNya.


Demikian artikel “Perlahan Berbenah Diri”, semoga menjadi pencerahan kita sekalian dalam bimbingan dan perlindungan Allah Yang Maha Mengetahui, menuju “Hamba yang tenang”. Aamiin Ya Rabbal’alamiin. Alhamdulillahirabbil’alamiin.

Purworejo, 25 Desember 2019

Salam Tauhid,
NiniekSS.
Labels: BERBENAH DIRI, Renungan, Tauhid

Thanks for reading PERLAHAN BERBENAH DIRI. Please share...!

0 Komentar untuk "PERLAHAN BERBENAH DIRI"

Back To Top