SOLUSI SAKIT MAAG

Blog pengalaman sembuh sakit maag kronis | obat alami sakit maag | makanan sakit maag | cara sembuh sakit maag | pantangan sakit maag

http://solusi-sakit-maag.blogspot.com/2014/07/resensi-buku-rahasia-sembuh-sakit-maag.html

Herbal Vs Medis Efektif Mana?

OBAT HERBAL MAKIN DIKENAL MASYARAKAT. SAYANG, BANYAK ORANG BELUM TAHU BENAR PENGGUNAANNYA AGAR AMAN DAN TAK MALAH MERUGIKAN KESEHATAN.

Salam pagi sahabat-sahabatku pembaca blog solusi-sakit-maag. Maaf jika hampir satu bulan lamanya saya tak sempat menyapa Anda di blog ini. Banyak kesibukan yang benar-benar menyita waktu, terutama mengantar putri saya satu-satunya belajar mempersiapkan UNAS SMAnya yang sudah berlangsung beberapa hari yang lalu. 

Bagaikan memendam bisul saja rasanya, dan bisul itu kini telah pecah. LEGAAAA RASANYAAA...Putri saya telah menyelesaikan UNAS dengan selamat tanpa aral suatu apa. Tinggal menunggu hasilnya, Semoga Allah SWT memberi hasil yang maksimal. Amiin.

Kembali ke masalah kontroversial antara Pemakaian Obat Herbal ataukah Pengobatan Medis, Effektif yang mana ?  Merasa sangat perlu untuk mengutip Artikel ini dalam blog, yang saya ambil dari Majalah Detik agar kita semua tahu, setidaknya menambah wawasan kita akan hal tersebut. Marilah kita simak bersama-sama kawan....

Setiap kali sakit apa pun, Dino tak mau pergi ke dokter. Dia hanya mau berobat ke salah satu tempat pengobatan alternatif langganannya. Alasannya, dia tak mau terlalu banyak obat kimia masuk tubuhnya.
Tapi kini Dino punya keluhan kesehatan serius. Sakit kepalanya tak kunjung sembuh meski sudah mengkonsumsi obat herbal dari “klinik” langganannya. Dan Dino tetap tak mau ke rumah sakit untuk memeriksakan diri.

Di Indonesia, penggunaan obat herbal untuk terapi kesehatan memang banyak dilakukan. Sebenarnya tak hanya di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara, bahkan negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang.
Apalagi banyak dokter dan rumah sakit yang mendukung penggunaan obat herbal. Pemerintah bahkan mengatur penyelenggaraan pengobatan komplementer alternatif dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1109 Tahun 2007.

Namun, yang menjadi masalah, banyak pasien yang belum paham bagaimana penggunaan obat herbal agar mendapat manfaat yang diinginkan. Padahal ada kaidah yang perlu diperhatikan ketika pasien menggunakan obat herbal.

“Itu harus sesuai 4T dan 1W,” ujar Kepala Poliklinik Komplementer Alternatif Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo, Surabaya, dr. Arijanto Jonosewojo, Sp.PD, Finasim.

Istilah 4T adalah tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat, serta tepat dosis dan cara pemberian. 

Sedangkan 1W adalah waspada efek samping obat. Sebab, bagaimanapun, obat herbal bisa memberi efek samping.

Obat herbal yang dibuat dari tanaman obat juga memiliki kandungan zat-zat tertentu yang bisa menimbulkan reaksi berbeda pada setiap orang. Nah, setiap pasien wajib memperhatikan reaksi ini.
 
Ilmuwan dari King’s College, Inggris, menemukan fakta bahwa obat herbal memang memiliki manfaat. Namun hasil penelitiannya menunjukkan obat herbal memiliki efek samping yang dapat mengancam ginjal dan menimbulkan kanker darah.

“Kalau ada yang bilang herbal tidak punya efek samping, itu tidak seluruhnya benar. Tetap ada (efek sampingnya). Itulah mengapa penggunaan dan dosisnya juga harus tepat,” ujar dr. Arijanto.
 
Jika diminum dengan takaran tidak tepat, efek samping bisa muncul. Organ yang jadi korban biasanya lambung, hati, ginjal, dan saluran kencing. Bisa juga terjadi reaksi alergi, fotosensitivitas, dan gangguan tidur.
 
Sedangkan tepat indikasi merujuk pada penggunaan obat yang memang sesuai dengan kondisi pasien. Karena itulah diperlukan kepastian medis lewat berbagai tes untuk mengetahui penyakit yang diderita pasien. Tidak bisa hanya mengira-ngira.
 
Sementara itu, tepat penderita mengacu pada usia pasien. Sebab, bisa jadi obat herbal untuk anak-anak belum tentu cocok untuk orang dewasa. Begitu juga sebaliknya.
 
“Jangan salah penggunaan obat juga, jangan sampai obat yang seharusnya hanya dioles malah diminum. Informasi penggunaan obatnya harus jelas,” kata dr. Arijanto.
 
BERI JEDA !
Beberapa pasien memutuskan hanya mengkonsumsi obat herbal tanpa sama sekali meminum obat-obatan konservatif. Tapi ada juga tipe pasien yang meminum dua obat sekaligus untuk terapi pengobatannya.
Salah satu orang yang “mengkolaborasikan” obat medis dan obat herbal adalah Joko, seorang pasien diabetes melitus. Selain rutin meminum obat dari dokter, dia mengkonsumsi obat herbal merek tertentu yang dijual bebas.

Dokter Arijanto mengatakan, mengkonsumsi obat dokter dan obat herbal secara bersamaan memang diperbolehkan. Namun, dengan catatan, harus diberi jarak waktu satu hingga dua jam untuk mengkonsumsi kedua obat. Jangan sampai kedua obat diberikan sekaligus tanpa jeda sedikit pun. “Fungsi kimia obat yang diresepkan dokter bisa jadi tidak efektif kalau begitu,” ujar dr. Arijanto.
 
Kondisi itu terjadi karena serat yang terdapat pada obat herbal mengikat zat kimia yang ada di obat-obatan medis. Jadi, mau yang mana dulu yang dikonsumsi, bebas, tapi wajib diberi jeda satu sampai dua jam. 

Pendapat senada disampaikan Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto Sp.F(K). Staf Ahli Menteri bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi ini menyarankan agar masyarakat tidak sembarangan mengkonsumsi obat herbal.
Selain 4T dan 1W, pasien hendaknya lebih jeli memilih obat herbal. Pilihlah yang sudah terbukti. Apalagi, saat ini marak sekali penjualan obat-obatan herbal yang terkesan membabi buta dan membodohi masyarakat.
 
“Perlu kerja sama antara pasien dan dokter agar obat herbal yang dipilih bisa mendukung obat medis,” ujarnya. Hmm... kalau Anda, pilih obat dokter atau obat herbal?

Sumber: Majalah detik 14 - 20 april 2014

Disalin Oleh : NiniekSS



KLIK DI SINI !
http://goo.gl/sEISYb
Labels: Berita

Thanks for reading Herbal Vs Medis Efektif Mana?. Please share...!

0 Komentar untuk "Herbal Vs Medis Efektif Mana?"

Back To Top