SOLUSI SAKIT MAAG

Blog pengalaman sembuh sakit maag kronis | obat alami sakit maag | makanan sakit maag | cara sembuh sakit maag | pantangan sakit maag

http://solusi-sakit-maag.blogspot.com/2014/07/resensi-buku-rahasia-sembuh-sakit-maag.html

Berilah Allah Kesempatan Dan Ruang

Bismillahirrahmanirrahiim… 

Salam Sejahtera Bagi Seluruh Alam, Puji dan syukur hanya kepada Allah Pemilik Seluruh Nikmat. Shalawat dan salam yang setulus-tulusnya semoga senantiasa tercurah atas Nabi Agung Muhammad Rasulullah SAW, bagi keluarga dan sahabatnya yang mulia serta para pengikut Beliau yang setia sampai akhir jaman. Aamiin. 

Pembaca Blog Yang Setia, dimanapun kalian berada…

Orang sering mengeluh gagal, apes, sial dalam hidupnya. Kuliah tak selesai-selesai. Setelah selesai menganggur bertahun-tahun, karena mencari pekerjaan tak segera mendapatkan. Sudah mendapat pekerjaan, lingkungan tidak cocok, tidak mengenakkan. Pekerjaan yang diperolehpun tak sesuai dengan bidang akademiknya. 

Lalu selesai kuliah, karena tak segera mendapatkan pekerjaan, berusaha untuk mengisi waktu mencoba bisnis. Bisnis dengan modal paspasan, apalagi dengan pengetahuan bisnis yang sangat minim, sulit sekali bisa berkembang. Gagal lagi gagal lagi. Rugi melulu ! Dagangan sih habis, tapi duitnya tak pernah ngumpul. Walah…Dimanakah salahnya semua ini ?

Judul “BERILAH ALLAH KESEMPATAN DAN RUANG” yang ingin kutulis ini terdengar aneh dan asing ! Allah kan Maha Berkehendak, mengapa musti harus kita beri kesempatan dan ruang ? Eitsss entar dulu. Bukankah Allah juga tergantung persangkaan hambaNya ? Jangan main-main pula ya dengan persangkaan kita kepada Allah !

Sejak seorang bayi dilahirkan, ia sudah membawa takdirnya yang telah dituliskan oleh Allah bagi dirinya kelak ketika hidup didunia. Namun si jabang bayi tak pernah tahu ia kelak akan tertakdir menjadi APA yang dikehendaki oleh Allah SWT.

Oleh karena ketidaktahuannya ini dan ia tidak mau mencari pemahaman tentang takdirnya, maka biasanya hidupnya menjadi jauh melenceng dari takdir yang telah ditetapkanNya bagi dirinya.

Allah menentukan takdir bagi manusia sudah sangat baiknya, penuh ketelitian serta kesempurnaan. TERBAIK bagi manusia yang diberi takdir tersebut !

Nah..dalam pertumbuhannya, baik jasmani serta ruhani manusia berkembang sedemikian rupa, menjadi manusia yang penuh dengan kehendak, cita-cita, ambisi, nafsu, ego dan semua watak serta karakter yang baik maupun yang buruk.

Jika sejak dini, anak-anak dididik dalam suasana keagamaan (Islami) yang baik, insya Allah kedepannya ia akan menjadi seorang yang salih, yang mengenal dirinya dan Tuhannya. Tahu diri akan tempatnya, mengenal dengan baik jalan kembalinya, dan sampai kepada tujuan kematiannya. 

Inilah sebenarnya tujuan hidup yang sesungguhnya bagi seorang manusia. Mengenal dirinya, mengenal Tuhannya, mengabdinya dengan penuh penghambaan, mengenal jalan kembalinya, lalu bisa pulang kembali dengan selamat kerumah keabadian yang akan disambut oleh Sang Khalik dengan penuh ke-Ridho-anNya.

Tidak demikian dengan kita. Boro-boro mengenal Allah. Mengenal diri kita sendiri saja tidak. Apalagi mengenal Tuhan kita dengan baik ! 

Seseorang yang mengenal dirinya, ia akan mengenal Tuhannya. Dan barangsiapa bisa mengenal Tuhannya, maka ia akan selalu dan mampu mengendalikan dirinya, karena saking takutnya kepada Allah. Bahkan ia akan rela dan ikhlas hidup di dunia dengan penuh penderitaan, dengan harapan kelak di akherat, ia akan menemukan kebahagiaannya disisi Allah Yang Penuh Dengan Kemuliaan. Subhanallah.

Manusia seperti ini, dalam setiap detiknya selalu penuh ketakutan kepada Allah serta penuh kehati-hatian dalam hidupnya. Selalu mawas diri, apakah yang dilakukannya sudah sesuai dengan ke-Ridhoan Allah atau belum? Ia tidak pernah peduli apakah ke-Ridhoan Allah ini mengenakkan baginya ataupun tidak. Ia akan selalu ikhlas dan Ridho pada ketentuan Allah. Bukan berarti ia senang dengan ketidaknyamanan hidup, atau tak mau berusaha, namun selalu dibayangi kecemasan jika usahanya yang penuh angan-angan itu hanya akan membawanya dalam kesia-siaan hidup karena jauh dari ke-RidhoanNya.

Manusia seperti ini berusaha hidup bagaikan huruf ALIF. Dari apa yang dipikirkan, apa yang ada dalam hatinya, dan apa yang dikatakannya adalah “sama” satu garis lurus.

Jika apa yang dikatakannya adalah “A” maka apa yang dipikirkannya adalah “A”, dan apa yang ada dalam hatinya adalah “A” juga. Sehingga ia berusaha untuk selalu menyelaraskan antara lahir, batin dan ruhaninya.

Kita sekarang ini banyak yang masih mengingkari diri sendiri. Mengingkari suara hati nurani. Demi takutnya kepada susuatu yang bukan Allah. Penguasa, Hukum, Atasan dan Situasi.

Orang yang sudah mengenal dirinya serta mengenal Allah, maka tidak ada sesuatupun yang ditakutinya didunia ini kecuali Allah. Sebab Allah yang Menciptakannya, Yang menghidupinya, Dan yang menentukan penghakiman baik di Dunia dan di Akherat. Bukan yang lain.

Bagaimana hidup kita tak akan susah, menderita, apes, sial, nelongso, serba sulit, jauh dari rejeki, jauh dari nasib baik, jauh dari kebahagiaan ? Karena kita hidup tidak mengikuti kehendak serta aturan Allah.

Kalau kita hidup mengikuti kehendak serta aturan Allah, insya Allah hidup kita akan selalu tenang tak banyak pergolakan. Karena Allah sudah membagi rejeki setiap orang sudah sesuai dengan kebutuhan masing-masing makhluknya sesuai dengan takdir yang telah digariskanNya untuk masing-masing makhlukNya.

Falsafah Jawa mengatakan, hendaknya “Nrimo Ing Pandum”, yang maknanya adalah “Menerima dengan ikhlas atas jatah yang diberikan dalam hidup kita”. Ini adalah falsafah yang sungguh dalam artinya. Dan tak setiap orang bisa menjalaninya.

Jika jatah kita menjadi pejabat tinggi negara, ya jadilah pejabat yang baik, yang jujur, yang adil, yang mampu mengemban amanah rakyat dengan baik. Bukan malah memanfaatkan jabatannya untuk menggendhutkan diri, nilep uang rakyat, dan memberi makan keluarga dengan harta haram korupsinya.

Apa yang mau dibanggakan dengan kekayaan hasil dari korupsi ? Sekalipun bisa memiliki rumah tingkat 13, mobil keluaran terkini, dan membelikan isterinya perhiasan yang super gemerlap, emas berlian yang kemilau menyilaukan mata ? Karena semua itu berasal dari harta yang bukan “Hak”.

Jika kita menjadi Guru, ya jadilah Guru yang penuh dedikasi dalam mendidik. Bukan saja berkuwajiban mencetak anak didik yang berprestasi dalam bidangnya, namun juga mengarahkan agar anak didiknya menjadi anak-anak yang soleh dan sholihah, anak-anak yang akhlakul karimah, berbudi pekerti luhur dan lemah lembut serta sopan perilakunya.

Jaman aku masih kecil, tak ada ceritanya Guru sampai memukul murid, ataupun murid membalas memukul gurunya. Apakah jaman yang sudah berubah dan menelurkan  dekadensi moral ? Ataukah kualitas pendidikan yang semakin merosot demikian tajamnya ? Kalau dilihat dari prestasi akademiknya sih dari tahun ke tahun selalu ada peningkatan. Bahkan anak-anak jaman sekarang sangat pintar-pintar, nilainya banyak yang rata-rata mencapai 100, namun meninjau kondisi akhlaknya sangat memprihatinkan !

Murid ngeyel dan meremehkan gurunya itu sudah biasa untuk sekarang ini. Seakan statusnya sama antara guru dan muridnya. Hanya bedanya guru menerangkan didepan kelas, dan murid mendengarkan penjelasan pelajaran duduk dibangkunya.

Jauh berbeda dengan jaman dimana aku kecil dulu. Jika ada murid sedikit bandel atau nakal, maka guru cukup mengarahkan pandangan matanya kepada muridnya yang bandel ini, maka si murid akan sangat kecut hatinya. Takutnya bukan buatan melihatan kilatan mata gurunya yang bagai pedang itu, lalu langsung takut, wah bakal merah nih raporku besuk kalau aku tidak segera meminta maaf kepada Pak Guru, dan merubah kenakalanku.

Kemarin ada peristiwa yang cukup menyentuh. Cendela ruang tamu rumah yang kutempati, yang terdiri dari kaca, bingkainya sudah aus saking tuanya. Jika dipegang kayunya seperti kerupuk. Mak krepes.

Nah tetangga baikku menawarkan tukang yang biasa dipakai oleh SMPnya dimana ia bekerja, untuk memperbaiki candela rumah yang kutempati. Kusen atau bingkainya dibuat dirumah pak tukang, setelah diukur sebelumnya. Pada hari minggu dimana pak Tukang longgar waktunya, bekerjalah ia dirumahku untuk mengganti cendelaku yang sudah keropos itu.

Kebetulan toko kacanya memotongnya kelebihan beberapa mili dari ukuran yang seharusnya. Sehingga pak tukang itu harus membongkar kembali bingkai kayu yang sudah jadi, untuk menyesuaikan dengan ukuran kacanya. Hingga berjam-jam pak tukang dan seorang kawannya itu menyiasati agar kacanya bisa terpasang pada bingkainya.

Benar-benar suatu pekerjaan yang memakan energi dan kesabaran. Pak tukang itu tidak marah kepada tukang kaca yang memotong kelebihan ukuran. Dengan tekunnya pekerjaan itu diselesaikan hingga jendela baru itu bisa terpasang pada tempatnya.

Ketika kutanya :”Susah ya Pak”. “Ya gak apa-apa bu, inilah romantika menjadi tukang kayu Bu. Alhamdulillah kami diberi pekerjaan oleh Allah dari rejeki yang halal, untuk keluarga. Walau sedikit, tapi asli dari tetesan keringat sendiri bu…daripada jadi koruptor, kaya tapi bukan uangnya”.

Subhanallah…Itu jadi pelajaran yang sangat berharga bagiku. Betapa luar biasa tawakkal mereka. Dengan rejeki yang sedikit namun halal, dicukup-cukupkannya untuk memenuhi kebutuhan bagi keluarganya dan tetap mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepada mereka. Apapun adanya.

Mereka pulang ketika menjelang maghrib. Karena tak mau ketika kutawari untuk berbuka bersama, maka kuberikan ongkos lipat dua masing-masingnya, sebagai ungkapan syukurku kepada Allah yang telah memberi hikmah ketawakkalan lewat mereka berdua. Ada seleret keterkejutan ketika mereka menerima uang lebih dariku, sebagaimana aku juga sering terkejut jika menerima risky tak terduga dariNya.

Jadilah manusia yang penuh syukur, jujur dan bertanggungjawab dalam hidup ini. Agar kehidupan kita tenang dan bahagia “Tidak Usah Ngoyo dan ngongso”. Ngoyo  dan ngongso itu memaksakan diri diluar batas kemampuannya.

Yang tahu kemampuan kita adalah diri kita sendiri. Kita tentu mampu mengukur cita-cita yang hendak kita gapai itu sesuai dengan kemampuanku tidak ya ? Baik kemampuan lahir maupun batin, baik kemampuan fisik maupun kemampuan financial kita.

Berusahalah untuk mencari takdir dalam hidup kita, agar hidup kita tidak sia-sia adanya. Tidak melenceng dari apa yang DikehendakiNya.

Seseorang yang cuek pada takdir, apalagi tidak percaya akan takdir, berusaha banting tulang mencari kehidupannya, pagi hingga malam, malam hingga pagi lagi, bekerja, bekerja dan terus bekerja, tanpa menghiraukan ibadah kepada Allah, hidupnya akan gersang, hampa, dan jauh dari kebahagiaan.

Tak pernah ketemu anak isteri. Yang ada dalam pikirannya hanya harta, harta dan harta. Kaya, kaya dan kaya semata. Tujuannya hanya satu, bagaimana ia bisa mengumpulkan harta sebanyak mungkin, entah untuk apa nantinya.

Pergi dari rumah anaknya belum bangun, pulang tengah malam anaknya sudah tidur. Kapan ada komunikasi ? Kapan terjalin kebahagiaan ? Kapan terjadi pendidikan keluarga ? Keluarga yang semacam ini akan mengalami kurang perhatian serta kasih sayang. Sehingga isteri maupun anak-anaknya akan mencari di luaran dimanapun ia bisa mendapatkannya.

Semua ketidak nyamanan dalam hidup lebih diakibatkan karena kita tidak mengetahui takdir kita, namun kita tak berusaha mencarinya, dengan mendekatkan diri selalu kepada Allah SWT.
Ibarat kita tertakdir menjadi cangkir, kita tidak berusaha menjadi cangkir yang baik, yang enak dipandang, dan menjadi cangkir yang bermanfaat bagi banyak orang. Mengapa ?

Karena kita tidak bersyukur menerima takdir kita menjadi cangkir yang baik, sesuai dengan yang di Kehendaki oleh Allah SWT. Namun kita malah ingin menjadi piring yang bukan merupakan kehendak Allah bagi hidup kita.

Sepanjang hidup kita, seluruh daya upaya kita, kerja keras kita, doa-doa kita semua akan kita fokuskan menjadi sebuah piring. Ya sampai kapanpun kita tak akan ketemu dengan yang kita cita-citakan karena itu bukan takdir kita ! Takdir kita itu menjadi cangkir, bukan menjadi piring !

Oleh karena itu betapa perlunya kita memberikan kesempatan dan ruang bagi Allah dalam hidup kita !  Beri kesempatan Allah untuk melaksanakan rencanaNya bagi hidup kita. Selama ini kita telah lupa. Bahwa Allah mempunyai kehendak, mempunyai rencana bagi tiap-tiap kita. Dan rencanaNya sungguh sangat baik dan sempurna untuk kita.

Selama ini, kita hanya memberi kesempatan kepada diri kita untuk menggapai cita-cita kita, meraih impian kita, memuaskan nafsu kita, SEPUAS-PUASNYA ! Tanpa pernah bertanya : Ya Allah, apa yang Engkau Kehendaki atas hidupku ? Tunjukkanlah kepadaku, bimbinglah aku menuju kehendakMu, mudahkanlah jalanku, dan naungilah aku agar bisa menjalani hidup sesuai dengan takdir yang telah Engkau tentukan bagiku. Ajarilah aku agar bisa menjadi hamba yang ridho kepada ke-RidhoanMu atasku. Ambillah seluruh ruang dan kesempatan yang ada padaku untuk bimbinganMu Ya Allah.

Pernahkah kita berdoa seperti ini ?

Jika belum berdoalah seperti ini. Kalian akan segera menemukan kebahagiaan yang tak terperi, dalam segala kondisi kalian. Karena dalam doa ini dibutuhkan penyerahan diri yang total atas diri kita kepada Allah. Dalam doa ini ini kita benar-benar tak ada daya, karena seluruh kesemparan dan ruang hidup yang kita punyai sudah kita serahkan secara bulat kepada Allah.

Nantikanlah ketika Allah bekerja dalam diri kita. Syaratnya hanya berserah diri secara total. Jika kita sering berdoa dan merenung seperti ini, kita akan segera mengenal diri kita, kita akan segera mengenal Allah, dan kita akan tumbuh rindu yang menggebu kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad Rasulullah SAW, kita akan bisa menghargai beliau dengan penghargaan yang layak, dengan kerinduan yang tak bisa dibendung, kita akan rajin shalat, rajin membaca Al Qur’an tanpa diingat-ingatkan orang lagi.

Shalat, puasa, zakat, sedekah bukan lagi menjadi beban atau kehilangan, akan tetapi menjadi sesuatu yang sangat kita rindukan. Karena segala kebaikan yang kita lakukan bukan lagi karena iming-iming pahala atau ganjaran, namun karena setiap kita melakukan kebaikan akan selalu bersentuhan dengan kasih sayang Allah. Kasih sayang Allah selalu ada dalam setiap kebaikan yang kita lakukan. Siapa yang tak berharap akan kasih sayang Allah ? Energi bagi kehidupan dan kematian kita ?

Yuk, pumpung ini bulan Ramadhan. Bulan yang penuh berkah. Bulan yang bertabur dengan Rahmat, Ampunan serta kebebasan dari api neraka. Kita jadikan awal kita menjadi hamba yang baik. Bukan sekedar pada bulan Ramadhan ini saja, namun untuk seterusnya.

Setiap manusia pasti bertabur dengan khilaf dan dosa. Namun ampunan Allah tak terbatas. Meski sebesar gunung atau sehitam jelaga dosa-dosa kita, asal kita bertaubat dengan sungguh-sungguh, taubatan nasuha, dimana kita tak mengingat-ingat dosa kita lagi dan tak mengulanginya lagi ya insya Allah…Allah akan mengampuninya.

Hidup kita akan berubah. Jika kita mau memulainya. Dari diri sendiri, bukan dari orang lain atau siapapun ! Dan beri kesempatan serta ruang untuk Allah, membimbing dan memberikan petunjukNya bagi kita.

Alhamdulillahirabbil’alamiin.

Salam Penulis,
Niniek SS
Labels: EDISI SPESIAL, Motivasi, Renungan

Thanks for reading Berilah Allah Kesempatan Dan Ruang. Please share...!

0 Komentar untuk "Berilah Allah Kesempatan Dan Ruang"

Back To Top