SOLUSI SAKIT MAAG

Blog pengalaman sembuh sakit maag kronis | obat alami sakit maag | makanan sakit maag | cara sembuh sakit maag | pantangan sakit maag

http://solusi-sakit-maag.blogspot.com/2014/07/resensi-buku-rahasia-sembuh-sakit-maag.html

Persiapan Menyambut Ramadhan

Bismillahirrahmanirrahiim…

Salam Sejahtera Bagi Seluruh Alam,

Puji dan syukur hanya kepada Allah Pemilik Seluruh Nikmat. Shalawat dan salam yang setulus-tulusnya semoga senantiasa tercurah atas Nabi Agung Muhammad Rasulullah SAW, bagi keluarga dan sahabatnya yang mulia serta para pengikut Beliau yang setia sampai akhir jaman. Aamiin.

Pembaca Blog Yang Setia..

Alhamdulillah beberapa hari lagi insya Allah kita akan memasuki bulan yang kita tunggu-tunggu. Yang selalu kita rindukan setiap waktu. Bukan hanya karena banyak pahalanya. Tapi yang utama karena pintu maghfirah serta pintu keberkahan juga dibuka selebar-lebarnya. Inilah yang paling esensial bagi Umat Muslim. Ampunan dan RidhoNya.

Seberuntung-beruntungnya manusia hidup adalah jika mendapat ampunanNya. Karena manusia itu tempatnya khilaf dan dosa. Dosa inilah yang membuat manusia jauh dari Allah SWT. Dosa inilah penyebab segala kesulitan yang dialami manusia. Apapun itu.

Dosa inilah yang menyebabkan kita jauh dari kebahagiaan, jauh dari kebeningan hati, jauh dari kecerdasan berpikir, jauh dari kesuksesan hidup, jauh dari kedamaian, dan dosa inilah yang menyebabkan hidup manusia sering menjadi terbengkalai disegala bidang.

Tidak naik pangkat, kesialan, sakit penyakit, kegagalan karier, perceraian, ketidaktenteraman hidup, dagang tidak laku, dibenci orang, pokoknya segala ketidaknyamanan hidup adalah bersumber dari dosa. Namun manusia sering tidak pernah menyadarinya.

Sehingga ia sering menjadi pusing tujuh keliling mencari solusinya. Bertanya kesana kemari. Pergi kedukun ini dukun itu. Browshing di internet kesana kemari. Ha ha padahal solusinya ada dalam diri sendiri ! Akan tetapi ego manusia sering tak mau mengakuinya karena kesombongannya. Ya Allah makin murkalah. Karena sombong adalah pakaian Allah yang memang “sembadha”. Apa itu sembadha ? Sembadha yang mendekati ketepatan adalah konsekuen. Itupun arti yang sesungguhnya bukan seperti itu. Tapi kira-kiralah. 

Banyak dari kata-kata dalam bahasa Jawa yang sulit diterjemahkan dan tidak ada dalam bahasa Indonesia, bahkan dalam bahasa di dunia manapun. He he makanya betapa bangganya saya menjadi orang Jawa yang mempunyai bahasa dengan konotasi arti terlengkap di dunia. Tidak percaya ? Silahkan mencari bukti sendiri. Mengapa banyak buku-buku kuno bahasa Jawa yang berada di museum buku di negeri Belanda ? Karena orang Belanda tak mempunyainya he he ! Tetapi mereka pintar, memboyong asset sangat berharga itu ke negerinya untuk dipelajari anak cucunya ! Tetapi meskipun asset kita telah diboyongnya, dan ini membuat kita sangat merugi, tak mungkinlah yang asli dikalahkan oleh tiruannya ! Tak mungkinlah bangsa Indonesia dikalahkan atau bisa dihancurkan oleh bangsa lain. Oleh karena itu wahai kita bangsa yang besar Bangsa Indonesia, jangan mau kita di didikte atau dipecundangi oleh bangsa lain.

Mengapa bangsa-bangsa di dunia mengincar Indonesia ? Karena Tanah Air kita ini kaya raya, dan merupakan lahan pemasaran yang super empuk untuk produk-produk mereka, termasuk narkoba dan obat-obatan terlarang ! Astaghfirullahaladziim… 

Salah siapakah Indonesia menjadi lahan yang subur bagi peredaran narkoba. Salah kita semua. Pemerintah yang tak tegas terhadap infiltrasi Asing ! Dan salah kita yang melahirkan anak-anak pengguna narkoba, dan salah animo masyarakat yang secara global mempengaruhi pergerakan warna ekonomi kita, sehingga memicu orang untuk terangsang menjadi Bandar atau pemasar narkoba. Yuk ini semua menjadi perenungan kita bersama !

Kembali ke masalah dosa. Dosa juga menjadi sumber malapetaka. Menjadi sumber jauhnya turun keberkahan dan RidhoNya. Jika seseorang sudah diampuni segala dosanya, insya Allah hampir bisa dipastikan ia akan menjadi manusia yang penuh keberkahan hidupnya karena limpah oleh Ridho Allah SWT. 

Karena Allah telah berjanji, bahwa siapa berada didalam bentengNya, maka Ia akan menjadi pendengarannya, Ia akan menjadi penglihatannya, Ia akan menjadi kakinya, dan jika ia melempar musuhnya, maka Ialah yang akan melemparnya.  Siapapun yang telah berada didalam bentengNya, ia bakal dikasihi oleh Allah SWT. Dialah para kekasih Allah. Para Aulia. 

Apa tidak ngeri apa, kalau sudah menjadi Aulia ? Menjadi kekasih Allah. Apa yang dilihatnya dengan penglihatan Allah. Apa yang didengarnya adalah dengan pendengaran Allah. Apa yang dilakukan adalah geraknya Allah SWT. Dan itu adalah janji Allah sendiri ! sehingga apapun yang ada dalam diri seorang Aulia sudah tak bisa dibilang, karena dirinya sudah dipenuhi dengan Ridho Allah yang tak dibatasi oleh ruang dan waktu lagi.

Setiap ucapannya adalah kun fayakun. Bukan kun fayakunnya dirinya karena pada galibnya dirinya tak mempunyai kekuatan apapun ! Ya karena dalam dirinya ada Ridho Allah SWT ! Sehingga apapun yang dipikirkan atau yang dikatakan jadilah !

Taruhlah tak usah muluk-muluk untuk menjadi seorang Aulia. Karena tebusan yang harus dijalaninya sungguh SUPER BERAT. Manusia yang tidak dipilihNya menjadi kekasihNya tak mungkin kuat menghadapi segala ujian menjadi insan yang dikasihiNya.

Bagaimana mau lulus menjadi insan yang dikasihi oleh Allah SWT, karena baru diberi ujian tahap pertama saja keluhannya sudah sepanjang jalan Anyer hingga ke Penarukan he he.

Untuk menjadi orang baik saja susahnya bukan main, apalagi untuk menggapai untuk menjadi kekasihNya. Saya bisa berbagi seperti ini karena sering bersilaturahmi dengan para Aulia Allah, sehingga sedikit banyak bisa mengetahui betapa jauh berbeda pemahaman orang awam dengan para AULIA terhadap sesuatu hal.

Misal saja nih. Ada seorang tamu kerumah kita. Berpakaian sarung, pakai peci, membawa tas cangklong, membawa stopmap, berpenampilan santri yang sedang mengemban tugas dari pesantrennya untuk mencari dana.

Pemahaman seorang awam nih, pertama kali melihat seseorang yang berpenampilan seperti ini yang jelas sudah membawa stopmap yang dipegangnya, pikiran kita sudah mengerangka :”Uh..anak dari pondok mau cari sumbangan !”…Lalu sebelum anak itu membelok kerumah serta mengetuk pintu rumah kita, kita sudah buru-buru menyiapkan uang receh 5 ribuan untuk diberikan kepada anak pondok yang mencari sumbangan itu, lalu tanda tangan dengan mantap pada serkiler yang ada dalam stopmap anak santri itu, dan berharap agar anak santri itu segera berlalu dari hadapan kita.

Hanya 5 ribu yang kita berikan kepada anak santri itu sebagai sedekah kita, meskipun masih ada uang jutaan rupiah yang ada dalam almari kita karena baru saja kita pergi ke bank untuk mengambil uang sebagai persediaan hidup kita dirumah. Masih ada embel-embelnya. Sudah ngasihnya hanya 5 ribu, eh pikiran kita masih berburuk sangka pula :”Ah paling-paling uang yang 5 ribu itu tak diberikannya kepada Pak Kyainya, paling-paling masuk koceknya sendiri aja”. Atau lebih parahnya lagi hati kita berkata :”Wah paling dia bukan benar-benar dari pondok pesantren. Bisa saja itu triknya atau tipu muslihatnya mengatasnamakan dari Pondok Pesantren agar orang yang didatanginya menjadi iba dan ia cepat dapat uang” Astaghfirullahaladziim… 

Itulah pemahaman orang-orang awam seperti kita.

Lain ceriteranya pemahaman seorang aulia. Ada seorang Aulia nih. Saya pas sowan bersilaturahmi kekediaman beliau. Tiba-tiba datang serombongan tamu bermobil cukup mewah. Inti kedatangan rombongan tersebut adalah untuk menghaturkan rasa syukurnya kepada Allah, bahwa doa yang diberikan oleh Aulia tersebut kepada salah satu rombongan itu beberapa waktu yang lalu, diijabah oleh Allah SWT.

Salah satu dari rombongan itu beberapa waktu yang lalu, pernah mengalami kebangkrutan usahanya hingga hartanya telah ludes namun masih mempunyai hutang bermilyar rupiah, sehingga ia seperti orang gila dikejar-kejar pemilik uang, sehingga isterinyapun terpaksa meninggalkannya karena sudah tak tahan mendampinginya.

Ia datang sowan kepada Aulia tersebut, taubatan nasuha yang disaksikan oleh Aulia tersebut, lalu didoakan oleh Aulia tersebut agar Allah mengampuni dosa-dosanya, serta berkenan menolongnya dari kesulitan yang sedang dihadapinya.

Lalu waktu itu ia datang beserta teman-temannya untuk menghaturkan syukurnya kepada Aulia itu, dengan membawa segepok uang entah berapa puluh juta saja yang masih rapi terbungkus amplop berwarna coklat.

Dan tanpa menyentuh uang yang masih dalam bungkusan diatas tikar lesehan itu, Aulia itu berkata :”Kuwajiban saya adalah menolong sesama. Saya hanya mempunyai doa, dan itupun jika diijinkan oleh Allah SWT. Kalian jangan berterima kasih kepada saya, tapi bersyukurlah kepada Allah SWT.yang telah mengijabah doa saya untuk kalian. Tanpa ijinNya semuanya tak akan terjadi. Terkabulnya doa yang saya panjatkan hakekatnya adalah rejeki kalian sendiri yang telah bertaubat atas dosa kalian sendiri, didengar oleh Allah, lalu Allah memberi keberkahan kepada kalian sehingga kalian terentas dari segala kesulitan kalian. Jadi dalam memahami berkah atas terkabulnya doa, kita ini harus benar. Berikan saja uang syukur kalian kepada yang lebih membutuhkan. Saya sudah tercukupi dengan RidhoNya. Syukur kepada Allah bahwa kalian datang kemari sebagai silaturahmi kalian yang tidak melupakan pertemuan kita.

Tamu serombongan, terutama yang dulu mengalami kesulitan itu terhenyak oleh jawaban Aulia itu. Tapi tidak berani mengambil kembali segepok uang yang telah diserahkannya kepada Aulia itu. Rasanya ini adalah peristiwa aneh yang baru saja dialaminya. Ada seseorang yang rumahnya saja sangat sederhana. Namun ternyata tidak mau diberi balas jasa uang atas kebaikannya. Padahal uang yang diberikannya itu lebih dari sekedar cukup jika dipergunakan untuk membangun rumah Aulia itu yang sudah rusak cukup parah.

Sebelum rombongan itu pulang. Saya melihat ada seorang peminta-minta bapak-bapak diatas baya dengan menggunakan tongkatnya datang tertatih-tatih lalu berjongkok didepan pintu pagar masuk halaman  rumah Aulia yang tak luas hanya beberapa meter itu.

Aulia itu melambaikan tangan kearah bapak peminta-minta itu agar masuk kerumahnya. Awalnya bapak peminta-minta itu enggan untuk masuk kedalam rumah Aulia itu. Ia tahu diri. Tak pantas rasanya masuk kedalam rumah dan duduk bersama dengan pemilik rumah bersama tamu yang lain termasuk saya. Namun Aulia ini mempersilahkan lagi dengan ramahnya agar peminta-minta itu masuk kedalam rumah dan duduk di tikar yang terhampar, bersama-sama denga kami para tamu beliau. Akhirnya peminta-minta itu dengan penuh keengganannya duduk didalam tikar bersama-sama dengan kami.

Aulia itu masuk kedalam ruang dalam, agak beberapa lama. Ketika keluar beliau telah membawa nampan berisi secangkir teh hangat. Cangkirnyapun sama dengan cangkir yang untuk menghidangkan minuman untuk kami. Yang saya heran. Minuman yang untuk saya dan peminta-minta itu rupanya dibuatkan oleh tangan Aulia itu sendiri, namun teh yang untuk rombongan dibuat oleh pembantu laki-laki Aulia itu. Entahlah. Memang Aulia itu sering berperilaku aneh dan tak gampang kita duga-duga maksudnya.

Setelah beliau mempersilahkan peminta-minta itu untuk minum teh yang dihidangkannya, tiba-tiba Aulia itu mengambil segepok uang pemberian dari rombongan tamu yang masih ada dihadapannya, lalu memberikan uang itu tanpa membukanya lebih dahulu berapa isinya, kepada peminta-minta itu seraya berkata :”Pak ini rejeki untuk Bapak dari Allah. Pergunakan yang manfaat ya Pak, semoga setelah ini kehidupan Bapak tidak sulit lagi dan diberkahi oleh Allah SWT.”. “Amiin…” serentak kami semua mengamini doa yang mustajabah dari Aulia ini. 

Kami semua, peminta-minta itu sendiri, saya dan tamu rombongan yang memberikan uang segepok tadi kepada Aulia itu, semua terkesima. TAKJUB atas kejadian ini. Melihat fenomena seseorang yang sepertinya sudah tidak terpengaruh oleh kertas yang namanya UANG, meskipun lembaran kertas itu seringkali membuat manusia pusing tujuh keliling. Tapi bagi Aulia itu, sepertinya uang bukanlah hal yang musti diberi arti penting.

“Ikhlas ya kalian, uang ini saya berikan ke bapak ini? Jangan khawatir, jika kalian ikhlas saya berikan uang pemberian kalian ini kepada bapak ini, insya Allah nanti sepulang kalian akan diberi ganti oleh Allah dengan pemberian yang lebih baik dan berlimpah. Yaa..?” Tanya Aulia itu kepada tamu rombongan yang tadi memberikan uang itu, sebelum diberikannya kepada bapak peminta-minta itu. Mau tidak mau, ikhlas tidak ikhlas, rombongan itu terpaksa mengangguk. Sepertinya anggukannya penuh keragu-raguan, karena uang itu ia berikan kepada Aulia, namun oleh Aulia malah diberikan semuanya kepada peminta-minta itu. 

Kami semua memang terkesima menyaksikan peristiwa langka ini. Subhanallah. Namun sebentar kemudian saya menjadi sangat faham terhadap apa yang sedang terjadi. Peminta-minta itu juga sebenarnya seorang Aulia, sebagaimana tuan rumah. Dan itu Allah hadirkan sebagai pembelajaran yang sangat berharga bagi kami semua, terutama serombongan tamu yang bermobil itu, juga diri saya, bahwa janganlah kita manusia menuhankan uang !

Itulah bedanya AULIA dengan kita orang awam ini. Jika kita masih berhitung dengan milik kita, masih berhitung dengan jumlah sedekah yang kita keluarkan. Maka bagi AULIA memberikan sedekahnya tak pernah berhitung lagi. Karena beliau sudah tak terikatlagi dengan apa yang namanya UANG, beliau meyakini bahwa apa yang ada didunia ini termasuk dirinya adalah milik Allah. Jadi segala sesuatunya harus diserahkan secara bulat kepada Allah, baik diri serta harta yang ada pada dirinya. Dan yakin pula bahwa dengan memberikan apa yang ada sebagai milik pinjamannya dari Allah kepada seseorang yang membutuhkan, Allah tak akan menelantarkan kehidupannya, didunia maupun di akheratnya kelak. Subhanallah.

Jika diri kita ingin mendapat RidhoNya, menjadi manusia yang dikasihiNya, tanggalkan ego kedirian kita. Kita ini bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Kita akan kembali kepadaNya dalam keadaan yang semuanya sama, dibungkus dengan beberapa meter kain kafan. Untuk apa kita sombong ? Untuk apa kita merasa lebih dari manusia yang lain ? Lebih pandai, lebih kaya, lebih hebat, lebih berprestasi, lebih tinggi pangkatnya, lebih tinggi jabatannya, lebih mewah mobilnya, lebih gemerlap gelang dan kalung kita, lebih indah baju kita, lebih bagus rumah kita. Memang semua itu dari siapa ? Apakah semuanya itu Allah berikan kepada kita untuk bersombongria ? Bukankah semua yang Allah hamparkan dimuka bumi ini agar kita lebih bersyukur kepada nikmat dan karunia yang diberikanNya kepada kita ?

Bolehlah kita menggapai semuanya itu dalam kehidupan kita, asal kita tidak menjadikan apa yang telah kita peroleh sebagai Tuhan kita. Tuhan harta, Tuhan Uang, Tuhan Pangkat, Tuhan Derajat, dan Tuhan Ego kita. Dan jika kita telah menggapai apa yang kita cita-citakan, biasanya kita menjadi lupa diri dan melupakan Allah, yang telah memberikan semua cita-cita serta impian kita, yang sesungguhnya Tuhan yang harus kita sembah dan muliakan.

Janganlah kita terjebak dalam kesesatan yang nyata, yang dihamparkan syaiton untuk membelokkan akidah kita, tauhid kita.

Ramadhan adalah bulan yang sungguh merupakan waktu yang luar biasa yang diberikan oleh Allah SWT untuk mensucikan diri kita, lahir batin kita setelah satu tahun lampau terkotori oleh daki-daki kedunguan kita. Dungu karena kita lebih memanjakan nafsu atau ego kita daripada penghambaan diri kepada Allah SWT. Maha Sumber kebahagiaan, keselamatan, dan keberkahan.

Ramadhan adalah waktu untuk kita Umat Islam lebih intensif mengenal Nabi kita Muhammad Rasulullah SAW. dengan lebih dekat. Dan belajar mencintai beliau dengan khidmat. Siapakah yang mengajarkan Islam Mulia Raya kepada kita ? Siapa yang mengajarkan shalat yang merupakan mi’rajnya orang-orang mukmin kepada kita ? Siapakah yang membawa Risalah Dahsyat Al Qur’anul Karim kepada kita ? Siapa yang mengenalkan 20 sifat Maha Mulia Allah SWT kepada kita ? Siapakah yang meneladani sifat-sifat yang penuh kelembutan dan keluhuran budi serta kemuliaan kepada kita ? Kalau bukan Kanjeng nabi Kita yang mulia, Muhammad Rasulullah SAW !

Ramadhan bukan sekedar menggugurkan wajib berpuasa satu bulan. Bukan sekedar menahan haus dan lapar. Bukan sekedar berlomba-lomba bersedekah. Ketika Ramdahan bersedekah jutaan rupiah namun setelah Ramadhan selesai sedekah 5 ribu rupiah saja kikir. Ramadhan bukan saja beramai-ramai rajin berjamaah tarawih bersama, namun setelah Ramadhan usai tidak satu rakaatpun sholat sunnah kita laksanakan. Sunnah qobliati tidak, sunnah bakdiati juga tidak, boro-boro ingat sholat dhuha atau tahajjud.

Ketika Ramdahan tiba pagi siang sore malam membaca Al Qur’an, untuk mendapatkan malam Lailatul Qodar, eh giliran sudah kembali ke bulan-bulan biasa tak satu hurufpun dalam Alqur’an dibacanya. Seolah-olah hanya pada bulan Ramadhanlah semua bakti kita diperhitungakn dan diberi pahalanya oleh Allah.

Padahal sebesar biji zarahpun penghambaan kita, tauhid kita, ibadah kita, amal kita, setiap saat selalu tak pernah tertinggal satupun dari penglihatan Allah dan dari catatan Buku Amal kita masing-masing. Sampai kepada gerakan hati kita saja, sekecil apapun tak ada yang luput dari perhatian serta penglihatan Allah Ta’ala. Jadi berhati-hatilah dengan hidup serta penghidupan kita sehari-hari.

Waktu terus berlalu. Kita sehari demi sehari selalu kehilangan waktu yang tak akan pernah kembali lagi kepada kita. Pertanyaannya adalah : Sudahkah waktu yang kita miliki kita pergunakan untuk sesuatu yang manfaat ? Atau justru sebaliknyakah ? Untuk melakukan dosa dan berbagai maksiat yang mendzalimi diri kita sendiri ?

Apakah jika kita mendzalimi orang lain kita hanya mendzalimi orang yang kita dzalimi saja ? Tidak teman. Dhahirnya mungkin kita puas telah mampu memuaskan nafsu kita untuk membuat sengsara orang lain dengan perbuatan kita. Namun pada galibnya, kita sedang membuat menara kesengsaraan bagi diri kita sendiri. Karena perbuatan baik maupun buruk sekecil apapun akan berbalas bagi diri sendiri, cepat ataupun lambat ! Jadi jangan keburu tertawa bangga dulu ya kita, jika bisa berbuat suatu kejahatan ! Kita tinggal menunggu bom waktu atas balasan bagi perbuatan kitamasing-masing.

Yuk kita semua, mengisi hari-hari kita bagi persiapan menjalani Ramadhan, agar kita mendapatkan maghfirahNya, RahmatNya dan kebebasan dari api neraka. Dengan lebih bercermin diri, taubatan nasuha dan lebih mengosongkan ruang hati kita untuk datangnya sebuah kesucian.

Bagi kita yang masih sakit, tak perlu terlalu menangisi diri karena belum bisa ikut berpuasa. Allah sungguh Maha Tahu dan Maha Pengampun, bila kita benar-benar memang belum bisa menjalani puasa. Tak perlu memaksakan diri. Mohon ampunlah senantiasa. Dan bersyukurlah, karena masih banyak nikmat yang bisa kita syukuri dalam hidup kita, setiap saat.

Alangkah baiknya pada hari pertama puasa Ramadhan kita tetap mencoba puasa, seberapapun mampunya. Saya dulu meskipun maag saya belum sembuh, tetap saya usahakan menjalani puasa. Meskipun kuatnya hanya sampai jam 9 pagi. Ya tidak apa-apa, tapi kita kan sudah niat, dan sudah berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan kuwajiban kita. Soal tidak bisa, itu kembali kepada Ridho Allah serta rejeki kita masing-masing.

Tetapi kita wajib berusaha, karena sungguh sayang jika bulan yang suci ini kita lewatkan tanpa niat dan usaha dengan kesungguhan hati.

Selamat Menjelang Puasa Ramadhan, semoga kita semakin sehat dan bisa menjalankan Ibadah Suci Ramadhan dengan sebaik-sebaiknya. Amin Ya Rabbal Alamiin.

Demikian “Persiapan Menyambut Ramadhan” semoga bermanfaat. Jika ada salah dan khilaf saya, mohon maaf lahir dan batin.

Alhamdulillahirabbil’alamiin

Salam Penulis,
Niniek SS
Labels: EDISI SPESIAL, Renungan

Thanks for reading Persiapan Menyambut Ramadhan. Please share...!

0 Komentar untuk "Persiapan Menyambut Ramadhan"

Back To Top