SOLUSI SAKIT MAAG

Blog pengalaman sembuh sakit maag kronis | obat alami sakit maag | makanan sakit maag | cara sembuh sakit maag | pantangan sakit maag

http://solusi-sakit-maag.blogspot.com/2014/07/resensi-buku-rahasia-sembuh-sakit-maag.html

Karomah Seorang Kekasih Allah Bag - 2

Bismillahirrahmanirrahiim…

Salam Sejahtera Bagi Seluruh Alam,

Puji dan syukur hanya kepada Allah Pemilik Seluruh Nikmat. Shalawat dan salam yang setulus-tulusnya semoga senantiasa tercurah atas Nabi Agung Muhammad Rasulullah SAW, bagi keluarga dan sahabatnya yang mulia serta para pengikut Beliau yang setia sampai akhir jaman. Aamiin.

Pembaca Blog Yang Setia..

Bagaimana kabar kalian saat ini teman ? Semoga kalian selalu lebih sehat dari hari-hari sebelumnya yah ? Sakit maag memang harus ekstra sabar dan telaten di segala bidang, kalau ingin sembuh. Bukan hanya telaten minum obat dari dokter, atau telaten minum air parutan kunyit, namun juga harus menahan sabar semuanya.

Sabar menahan keinginan untuk makan sesuatu yang boleh dimakan. Sabar untuk menahan sesuatu yang boleh dilakukan, misal bepergian, naik sepeda motor, jalan-jalan, memberesi suatu pekerjaan.

Sebab kebanyakan kebiasaan orang sakit maag itu, jika sudah merasa enakan sedikit, sudah merasa sembuh sedikit sudah melupakan segalanya. Ingin makan ini, makan itu, mengerjakan ini, mengerjakan itu, pergi kesana, pergi kesini, sehingga banyak hal pantangan yang dilanggar yang semestinya belum boleh dilakukan. 

Hal-hal inilah yang harus mendapat perhatian besar dari kita semua, karena jika belum sembuh benar, melanggar pantangan, maka bisa kambuh kembali, sehingga kesehatan mundur kembali dan tak sembuh-sembuh. Ingat-ingat benar hal ini ya teman. SABAR MENAHAN KEINGINAN !

Nah baiklah, sekarang kita lanjutkan tentang Kharomah Seorang Kekasih Allah, soalnya kemarin saya sudah berjanji untuk melanjutkan. Gak baiklah tidak menepati janji. Saya yakin kalian semua sudah menunggu-nunggu kisah lanjutannya ini, ya kan ?

GUS LATSARI KESILIR JEMBER

Saya, sebelumnya, walaupun cukup lama tinggal di Jember, tak pernah sowan ke Gus Latsari. Sayapun sowan kesana pertama kali hanyalah mengantar teman untuk suatu kepentingan. Saya sendiri tak punya kepentingan apa-apa. Namun aneh. Ketika saya dan teman mau pulang, Gus Latsari berpesan kepada diri saya ( bukan kepada teman saya ), untuk lain hari agar sowan lagi kesana :”Mbak, kapan-kapan mbake kesini lagi ya?”.

Meskipun dengan penuh rasa aneh karena heran, lho saya kan tak punya kepentingan, kok disuruh sowan kesana lagi ? tapi saya iyakan, dan timbul rasa penasaran yang menggelitik, ada apa yah kok kapan-kapan disuruh sowan lagi, jika ada sesuatu yang beliau anggap penting buat saya kok tak disampaikan saat itu saja kepada saya ?

Pada kali yang lain saya benar-benar meluangkan waktu sendiri untuk kesana. Saya mau sowan kesana, karena beliau seorang kekasih Allah bukan dukun atau paranormal. Dan anehnya lagi, ketika saya kesana, saya malah dikenalkan kepada Ibu Nyai, dan ibunda Gus Latsari, dan kami mengobrol kesana kemari bak keluarga sendiri. Kebetulan waktu saya sowan sedang tak banyak tamu, sehingga kami bisa ngobrol cukup lama.

Beliau bertanya tentang keluarga saya, bapak, ibu, dan saudara-saudara saya. Namun hingga kepulangan saya, sama sekali tak menyinggung soal mengapa beliau menghendaki saya sowan lagi kepada beliau. Aneh.

Sesudah itu, saya mengantar saudara-saudara saya, satu persatu untuk berkenalan kepada beliau. Kebetulan saudara-saudara saya sedang mempunyai kesulitan yang cukup rumit untuk diatasi. Daripada mereka datang ke dukun atau paranormal, ya lebih baik saya antar saja saudara-saudara saya untuk sowan ke Gus Latsari yang insya Allah seorang kekasih Allah.
Diantara saudara-saudara saya yang 9 orang itu, alhamdulillah sayalah yang paling tak punya apa-apa, he he…Dan satu persatu dari saudara saya selalu diberinya sesuatu oleh Gus Latsari setiap sowan kesana. Saya jelas merasa iri dong, saya yang merasa sangat dekat dengan Gus Latsari dan sering sowan kesana tak pernah diberi apa-apa kok semua saudara-saudara saya yang belum begitu kenal beliau, selalu diberinya bekal oleh Gus.

Suatu hari saya sudah tak tahan lagi dengan keirian saya itu, dan saya ingin menanyakan kepada Gus Latsari, mengapa saya kok tak pernah diparingi (diberi/Jawa) apa-apa ? Saya hanya sangat-sangat penasaran, bukan merasa iri yang sebenar-benar iri sebetulnya. 

Eh ketika sowan kesana, sebelum saya bertanya, beliau sambil senyum-senyum sudah menjawab :”Nuur…Nur ! kon iku ojok meri karo dulur dulur kon. Kon iku paling sugih dibandingna sedulur sedulur kon. Mergane kon iku cinta Allah, balik sedulur-sedulur kon gurung cinta karo Allah, dulur-dulur kon akeh sing pada gurung shalat, jik mikiri bandaaa ae. Yaa jok meri meneh. Nyo ki dilakoni ya ?” Sambil memberikan selembar kertas yang penuh tulisan arab, yang ternyata adalah sebuah amalan yang sangat berharga. Yang artinya : Nur kamu itu jangan iri kepada saudara-saudaramu. Kamu itu paling kaya jika dibandingkan dengan saudara-saudaramu, karena kamu itu cinta Allah sedangkan saudara-saudaramu, belum cinta kepada Allah, masih mikiri hartaaaa melulu. Jangan iri lagi ya ? nih jalani saja ini !

“Dulur-dulurmu iku tak ke’i barang instan ki merga gak bisa nglakoni amalan-amalan. Gak ana wektu. Kon akeh wektune, lan seneng nglakoni dadi lakonana iki wae !” lanjut beliau. Artinya “Saudara-saudaramu itu saya kasih barang instan karena tak bisa menjalani amalan. Tak ada waktu ! Kamu yang banyak waktunya dan memang senang menjalani amalan, jadi amalkan ini aja ya ?”. Oh saya baru tahu maksudnya, sehingga saya tak perlu iri lagi kepada saudara-saudara saya.

Dan anehnya, semua saudara-saudara saya kehidupan dunianya makin melejit. Saya kok makin aneh. Semakin lama menjalani amalan Gus Latsari, bukannya semakin kaya seperti saudara-saudara saya, namun justru semakin jauh untuk memikirkan dunia. Tak ada satupun minat untuk mencari harta, blas ! Saya melihat dunia seisinya seperti melihat sebuah bola dunia besar, dan didalamnya hiruk pikuk manusia dengan segala kepentingannya masing- masing.

Nah suatu hari nih. Ketika saya dengan suami sowan kesana. Tiba-tiba saya berminat mengamati foto-foto para tamu yang pernah berkunjung kesana, yang memberikan fotonya kepada Gus Latsari, lalu oleh beliau dipasangnya pada dinding ruang bagian dalam rumah tempat kediaman beliau tinggal, agar tak mengecewakan para tamu yang memberikan kenang-kenangan fotonya.

Foto-foto itu kebanyakan dari pejabat tinggi pemerintahan yang mengkonsultasikan keadaan negara yang setiap saat penuh permasalahan. Ada jenderal, ada menteri, bupati, gubernur, anggota MPR, dan para anggota Dewan. Saya sudah melihat foto-foto itu sejak lama, namun baru waktu itu ada minat mengamati dari dekat.

Saya amati satu persatu. Dan satu persatu pula saya baca keterangan yang ada dibawahnya. Diantara puluhan foto penting itu, ada salah satu yang sangat menarik perhatian saya. Adalah foto Gus Latsari komplit sekeluarga. Gus Latsari sendiri, Ibu Nyai Latsari dan putra putrinya. Saya membatin alangkah senangnya jika saya memiliki foto itu sebagai kenang-kenangan. Tapi saya tak berani memintanya kepada Gus. Tentu tak bolehlah, pikir saya.

Eh diluar dugaan. Tiba-tiba, Gus yang tadinya sedang berada diruangan lain dan sedang menerima tamu penting, mendekat kearah saya, lalu dengan sekonyong-konyong mengambil foto itu dari dinding, dan memberikan foto yang saya minati itu kepada saya.

Saya terkesima ketika menerima foto itu. Tak terasa air mata saya sudah meleleh di pipi saya. Saat itu saya merasa mendapat durian runtuh. Sepertinya hal itu sebuah mimpi bagi saya. Karena itu satu-satunya foto keluarga yang ada dirumah Gus, mengapa diberikan kepada saya. Pikir saya  Gus tidak tahu bahwa saya sangat meminati foto itu karena Gus tak mengetahui bahwa saya sedari tadi mengamati foto-foto yang terpampang didalam rumah, karena beliau sedang fokus menerima konsultasi tamu di ruangan lain.

Itulah seorang kekasih Allah, yang bisa menembus dimensi ruang dan waktu, bisa menembus gerak hati dan gerak pikiran orang meskipun tidak sedang berhadap-hadapan. Juga ketika saya melihat piaraan beliau, burung cenderawasih dari Papua, yang diberi oleh seseorang dari Papua. Saya takjub atas kebesaran Allah yang ada dalam keindahan burung cendera wasih itu. Begitu indah bulunya berwarna warni, mengkilap tanpa di elap. Ya Allah…

Saya membatin, alangkah senangnya jika bisa piara burung yang sangat indah ini. Tapi apa tidak aneh dilihat orang nantinya, kalau orang melihat bu Niniek piara burung cenderawasih dirumahnya yang atapnya saja sudah mau roboh ? He he.. Batin saya bertanya dan dijawab sendiri, kayak orang gila. Berkata-kata sendiri dalam hati. Eh tiba-tiba Gus melintas lalu mendekati saya. “Dibawa saja kalau kamu suka Nur” beliau lebih suka memanggil saya dengan Nur daripada dengan Niniek. Karena Nur kan artinya cahaya. Mudah-mudahan saya bisa menjadi cahaya bagi hidup saya sendiri dan minimal bagi keluarga saya, syukur-syukur jika bisa menjadi cahaya bagi orang lain. Amiin.

Dan tentu saya tak mau membawanya pulang burung cenderawasih itu. Pertama karena burung itu kesayangan Gus, dan kedua saya belum pantas miara burung itu, he he tak punya uang untuk bikin kandangnya juga kan ?

Kini Gus Latsari kabarnya telah tiada, saya sangat yakin bahwa beliau tentu telah tenang disisi Allah SWT dirumah abadinya. Semua kenangan manis bersama beliau dan keluarga beliau akan tetap terpateri di relung sanubari tak akan lekang dan lapuk oleh apapun.

Adalagi pengalaman saya yang lain. Kali ini tentang :

MBAH DAR MBONJOK LOR 

Mbah Dar ini sosok kesepuhan yang sangat sederhana kehidupannya. Beliau seorang yang sangat pendiam. Hanya sorot matanya yang mewakili kata-kata beliau. Saya dan suami saya sering sowan kesana. Sebelum berguru kepada Ayahanda Proffesor, suami saya mencari bimbingan hidup kepada Mbah Dar ini.

Beliau Mbah Dar juga sering disowani orang dari mana-mana. Meskipun kami sudah menjadi murid dari Ayahanda Proffesor, kami masih selalu menjaga hubungan silaturahmi kepada beliau. Jika kami sowan. Tak banyak percakapan. Yang sering menghidupkan suasana adalah Mbah Dar Putri, yang sangat ramah dalam menerima tamu penuh kekeluargaan.

Seperti biasa, suatu hari kami sowan kerumahnya. Saya dengan Mbah Dar Putri lebih banyak mengobrol, sedangkan Mbah Dar Kakung lebih banyak diam, hanya sekali-kali saja bertanya kepada kami berdua. Meskipun pendiam jangan disangka ilmu beliau.

Mbah Dar Kakung ini gagah perawakannya. Sayang perut beliau gendut seperti semar. Suatu hari saya membatin dalam hati :”Wah Mbah Dar ini perutnya kayak Lurah Semar” Eh betapa malunya saya ternyata Mbah Dar ini tahu apa yang saya katakan dalam hati, buktinya beliau langsung menyahut :”Iya mbak Nien, saya juga sudah berusaha melangsungkan perut saya, tapi kok ya belum kurus-kurus, mbok ya saya dibikinkan jamu untuk melangsingkan perut to mbak”, selorohnya, karena Mbah Dar tahu saya tukang meramu jamu.

Kebanyakan seseorang yang sudah menjadi kekasih Allah itu, memang sudah bisa menembus dimensi ruang dan waktu. Ia sudah masuk kedalam benteng Allah SWT. Dimana Allah berfirman bahwa jika seseorang sudah masuk kedalam bentengNya maka Ia yang akan menjadi pendengarannya, Ia yang akan menjadi peglihatannya, dan semua geraknya adalah gerakNya. Gerak Allah SWT. Kini Mbah Darpun sudah tiada. Telah kembali kepangkuanNya. Tinggal kenangan kenangan yang sangat mengesankan membekas didalam hati saya yang paling dalam.

Suatu hari saya dan suami saya mengunjungi makam beliau. Segunduk tanah yang tak merah lagi, berada di bawah rumpun bambu yang sangat rimbun. Orang tak bakal menyangka bahwa itu sebuah makam karena tak ada tanda atau nisannya. Siapa sangka bahwa disana terbaring kekal seorang yang ketika hidupnya sangat mengabdi kepada Allah SWT.

Sesaat sebelum beliau meninggal di Rumah Sakit Umum, beliau sempat pergi kekamar mandi untuk membersihkan diri, mencukur kumisnya dan merapikan jenggotnya, memotong kuku-kukunya, dan berwudhlu, tiduran kembali di tempat tidur Rumah Sakit, muka beliau menghadap kiblat lalu dengan tenangnya tiba-tiba saja sudah menghadap ke Hadlirat Allah SWT. Karuan saja sangat mengagetkan Mbah Dar Putri yang menungguinya di rumah sakit, yang sama sekali tak menyangka bahwa Mbah Dar Kakung akan pergi selamanya secepat itu.

SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO KE - IX

Siapa yang tidak tahu bahwa beliau dulu adalah seorang Raja Besar di Yogyakarta ?  Seorang sultan di wilayah kasultanan Yogyakarta Hadiningrat. Tetapi sekarang beliau sudah mangkat. Pernah menjabat sebagai Wakil Presiden ketika masa pemerintahan Pak Harto.

Kesederhanaannya dan kearifannya sangat menonjol.  Kecintaannya pada rakyat kecil sangat dirasakan oleh seluruh rakyat di Wilayah Yogyakarta. Ketika ingin memberikan perhatiannya kepada seorang kawulanya rakyat kecil di daerah Yogyakarta, beliau sering menyamar menjadi peminta-minta.

Misal saja beliau pernah mendatangi seorang ibu-ibu janda penjual kacang goreng di pasar Beringharjo Yogyakarta, pasar terbesar di Yogyakarta. Beliau menyamar sebagai seorang peminta-minta. 

Penjual kacang goreng ini sejak pagi hingga siang hari belum ada seorangpun yang membeli kacang gorengnya. Ketika ada seorang peminta-minta datang, yang sebenarnya beliau ini adalah Sri Sultan Hamengkubuwono ke IX, diberinya kacang goreng, karena belum mendapat uang sepeserpun. 

Memang ibu janda ini adalah seorang yang ikhlas hati. Meskipun ia belum mendapatkan uang sejak pagi, ia rela memberikan kacang gorengnya kepada peminta-minta minta itu karena sangat merasa kasihan.

Setelah diberi kacang goreng ini, peminta-mintapun segera berlalu. Aneh !  setelah itu, kacang gorengnya tiba-tiba banyak sekali yang membelinya, bahkan sekejab langsung habis.

Penjual kacang goreng, ibu janda yang sudah tua yang tak mau menggantungkan hidup kepada anak-anaknya, dan melakoni hidupnya dengan jualan kacang goreng ini, lalu membatin :”Jangan-jangan yang datang sebagai pengemis tadi apa Sinuwun ya ?” (sebutan rakyat kecil kepada rajanya). Wah, pasti iya, siapa lagi kalau bukan Sinuwun ! pikirnya takjub dan merasa sangat begjo (beruntung) karena telah didatangi oleh rajanya yang sangat dikaguminya, sehingga kacang gorengnya sesudahnya menjadi laris, habis dibeli orang. 

Bukan hanya hari itu saja dagangan kacang gorengnya menjadi laris. Namun sejak itu, ibu janda itu selalu laris jualannya. Sehingga dalam waktu yang tak begitu lama, jualannya selalu habis. Ia sangat bersyukur kepada Gusti Yang Murbeng Dumadi (Allah Yang Menguasai Seluruh Makhluk), atas keberkahan ini, yang telah meringankan hidupnya sejak kedatangan Sinuwun yang menyamar menjadi peminta-minta di Pasar Beringharjo.

Itu salah satu fenomena betapa Sri Sultan Hamengku Buwono ke IX sangat mencintai rakyatnya.

Ada beberapa pengalaman yang  saya alami langsung berkenaan dengan beliau Sri Sultan Hamengu Buwono ke IX ini.

Dulu tahunnya sudah lupa kalau tidak salah tahun 1982, saya pernah tergabung dalam Tim Pendamping Pembicara Nasional GOLKAR, dari Tingkat I Jawa Tengah. Waktu itu kami bertugas mendampingi Sri Sultan Hamengku Buwono ke IX ketika kampanye Partai GOLKAR di Kabupaten Wonosobo, beliau selaku Pembicara Nasional dari Partai GOLKAR.

Para fungsionaris GOLKAR dari seluruh kabupaten berkumpul di kabupaten Wonosobo. Dan beribu-ribu pendukung Partai GOLKAR juga hadir dalam acara tersebut.

Dari luar kota, kami menginap ditempatkan dalam sebuah hotel dimana kamar tidur Sri Sultan dengan kamar tidur saya bersama rombongan ibu-ibu dari Semarang berdekatan. Sebelum acara kampanye dimulai, kami menyempatkan untuk berfoto bersama Sri Sultan.

Dalam kesempatan itu, sebelum kami berfoto bersama, tiba-tiba Sri Sultan melambaikan tangan kearah kami rombongan ibu-ibu, dimana kami berdiri agak berjauhan dengan beliau. 

Kami rombongan ibu-ibu ada sekitar 40 an orang. Saya kira yang dipanggil adalah ibu-ibu yang lain, tak mungkinlah saya, karena saya tahu diri, bukan isteri pejabat seperti yang lain, yang terdiri dari para isteri bupati dari seluruh Jawa Tengah. Sedangkan saya hanyalah fungsionaris Sekretaris Forum Peranan Wanita dari Biro Peranan Wanita DPD GOLKAR Jawa Tengah. Orang kecil, sekedar bisa berjajar bersama mereka karena prestasi.

Ketika beberapa ibu berusaha mendekat kearah Sri Sultan untuk bertanya apakah mereka yang beliau panggil, ternyata Sri Sultan berkata :”Bukan..bukan…Ibu itu…” sambil menunjuk kearah diri saya. Sayapun terkesima, apakah tidak salah Sri Sultan memanggil diri saya, sepertinya tak mungkinlah.

Saya berdebar-debar. “Ada apa ya Sri Sultan memanggil saya ?” tanya saya dalam hati.. “Saya Sri Sultan ?” sambil saya menepuk dada saya. “Iya benar sini Jeng”..Sayapun segera mendekat kearah beliau ketika sudah mendapat kepastian bahwa memang benar sayalah yang beliau panggil. Begitu saya mendekat. Beliau menepuk pundak saya hingga tiga kali :”Teruskan perjuangan kita ya Jeng”…Dan anehnya pada waktu itu saya tak menanyakan kepada beliau, perjuangan manakah yang dimaksud !

Hingga detik inipun saya tak mengerti apa yang beliau maksud dengan perjuangan itu. Namun saya lebih menangkap makna bahwa sepertinya beliau ingin menyampaikan pesan, jadilah kita semua orang yang bermakna bagi orang banyak. Menjadi orang yang akhlakul karimah dan bermanfaat hidupnya. Subhanallah.

Disapa oleh seorang sultan, apalagi sampai ditepuk pundaknya, bagi kalangan tertentu merupakan sebuah karunia yang luar biasa. Meskipun saya bukan warga daerah Istimewa Yogyakarta, sayapun sempat terkesima juga ketika dipanggil oleh beliau, apalagi sampai ditepuk pundak saya.

Bukan karena apa, saya merasa tersanjung karena beliau adalah seseorang yang teramat dekat dengan Allah, sangat tawadhuk, sangat dekat dengan orang kecil, seorang raja besar, apalagi dalam kedudukan beliau sebagai wakil presiden. Dan saya memang selalu menghormati para pelaku tirakat seperti beliau Sultan, kuat sekali puasanya demi lancarnya tugas berat yang diemban beliau, melek malam sudah menjadi kebiasaan beliau…sehingga beliau juga dikaruniai mustajabah doanya.

Contohnya, ketika saya juga mendapat kesempatan untuk menjadi anggota tim Golkar dari Tingkat ! Jawa Tengah sebagai Team Pendamping pembicara nasional di Kabupaten Purworejo, waktu itu yang menjadi Pembicara Nasional dari Golkar adalah juga beliau Sultan.

Jam 2 siang kami, baik beliau Sri Sultan sendiri serta kami rombongan Tim Pendamping sudah berada di panggung kehurmatan di Alun-alun besar Purworejo.

Sebelum acara dimulai massa pendukung Golkar sudah tumpah ruah  memenuhi lapangan. Apalagi waktu itu Golkar masih menjadi partai favourit yang banyak didukung oleh masyarakat. Kami, anggota team, sangat terharu atas antusiasme para pendukung partai. Ya Allah, semoga kami para Anggota Tim ini bisa memenuhi semua aspirasi rakyat. Dan semoga kami tidak salah langkah dalam mengemban amanah serta aspirasi rakyat. Begitulah doa kami waktu itu.

Karena siang hari matahari begitu teriknya, masyarakat yang datang berbondong-bondong ingin melihat langsung Sri Sultan serta mendengarkan pidato beliau, mereka banyak yang membawa payung untuk berlindung dari sengatan terik matahari.

Aneh, tiba-tiba saja, langit yang begitu terang benderang berubah menjadi gelap dan hujan turun bagaikan ditumpahkan dari langit. Kami sebagai anggota tim sangat kasihan kepada masyarakat yang membludag itu. Dan menurut pikiran kami, sebelum acara dimulai maka masyarakat akan bubar pulang karena hujan yang begitu derasnya.

Kami anggota tim yang berada diatas panggung tak kehujanan meskipun baju jas uniform kami juga akhirnya sebagian basah oleh tampias hujan. Saya yang berada persis dibelakang Sultan duduk dan ibu-ibu yang lain serentak berucap :”Sultan bagaimana ini?”. “Tenang saja ibu, semuanya akan baik-baik saja” Kata Sultan. Sesudah itu saya lihat Sultan lalu bersedekap tangan beliau didepan dadanya. Muka beliau , menunduk seperti sedang bersemedi. Maka ajaib, tiba tiba seperti ada angin yang meniup, pelan namun pasti hujan langsung reda dan langit cerah kembali memanas seperti semula.

Kami semua anggota team menjadi lega. Alhamdulillah Ya Allah. Telah Engkau singkirkan hujan ini dari kami, sementara kami sedang memerlukan cuaca yang terang benderang. Maka suasana tidak panas lagi menyengat, namun berganti dengan kesejukan karena baru saja tersiram hujan.

Itulah kharomah sosok yang mendapat kasih sayang Allah SWT, selalu saja doanya sangat mustajabah. Kenangan manis ini tentu tak bisa kami lupakan dari ingatan kami. Apalagi bagi saya yang pernah punya kenangan special ditepuk pundak saya oleh seorang Raja he he…

Bukan hal itu yang ingin saya tonjolkan disini, bukan masalah karomah-karomah yang Allah berikan kepada beliau-beliau semua. Bahwa siapapun yang dekat kepada Allah dan dicintaiNya, tentu oleh Allah SWT akan diberikan ilmu yang langka dan tak dimiliki oleh banyak orang. Ilmu dan kharomah-kharomah yang sebenarnya bukan menjadi niat dan tujuan beliau-beliau mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Semua itu hanyalah bonus bagi beliau-beliau dari Allah SWT, bagi para hambaNya yang banyak bersyukur, rajin bermunajad dan suka bermujahaddah kepada Allah SWT.

Jadi ayuk berjuang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bukan untuk sekedar mendapatkan ilmu-ilmu ataupun kharomah-kharomah, namun untuk mendapatkan Cinta dan RidhoNya.

Oke, saya akhiri sekian dulu ya teman, "Kharomah Seorang Kekasih Allah", semoga bisa kalian ambil hikmahnya.

Alhamdulillahirabbil’alamiin.

Salam Penulis,
Niniek SS
Labels: EDISI SPESIAL, Renungan

Thanks for reading Karomah Seorang Kekasih Allah Bag - 2. Please share...!

0 Komentar untuk "Karomah Seorang Kekasih Allah Bag - 2"

Back To Top