SOLUSI SAKIT MAAG

Blog pengalaman sembuh sakit maag kronis | obat alami sakit maag | makanan sakit maag | cara sembuh sakit maag | pantangan sakit maag

http://solusi-sakit-maag.blogspot.com/2014/07/resensi-buku-rahasia-sembuh-sakit-maag.html

Mengapa Saya Tak Meracik Jamu Lagi Dan Berganti Dengan Morinda ?

Bismillahirrahmanirrahiim…

Salam Sejahtera Bagi Seluruh Alam,

Puji dan syukur hanya kepada Allah Pemilik Seluruh Nikmat. Shalawat dan salam yang setulus-tulusnya semoga senantiasa tercurah atas Nabi Agung Muhammad Rasulullah SAW, bagi keluarga dan sahabatnya yang mulia serta para pengikut Beliau yang setia sampai akhir jaman. Aamiin.

Sahabat Pembaca Blog Yang Setia…

Biasanya sebelum memesan morinda, teman-teman sakit maag yang menghubungi saya, lebih dahulu saya tanya riwayat sakitnya, dan keluhan yang saat ini sedang berlangsung. Agar saya bisa menganalisa sakit yang sedang dideritanya, berapa botol morinda yang dibutuhkan, serta dosis paling tepat untuk dikonsumsi.

Jangan khawatir, meskipun saya bukanlah seorang dokter, sebelum kena sakit maag selama 18 tahun, saya sudah terbiasa menangani pasien dengan berbagai kasus penyakit, dari masuk angin hingga ke kanker, dengan jamu rebus yang saya racik sendiri.

Dan Alhamdulillah penanganan saya selama itu tak ada yang bermasalah, bahkan dengan racikan yang teramat sederhana Allah ijinkan semuanya sembuh. Saya tak pernah pasang reklame. Dan didepan rumah orang tua saya almarhum, dimana saya menerima para pasien untuk berobat, sayapun tak pernah memasang papan nama. Karena saya merasa tak mempunyai keahlian apa-apa.

Jika saya terpaksa mau mengobati mereka. Satu-satunya alasan karena saya tak tega dan tak mampu menolak kedatangan mereka yang kebanyakan datang dari jauh-jauh. Mereka sudah meluangkan segalanya untuk repot-repot datang mencari saya, dan mengharap saya mau menolong mereka, apakah saya tega untuk menolak mereka dan tidak menolongnya ?

Awalnya saya juga tak meramu jamu sendiri. Hanya dengan intuisi serta bimbingan orang gaib yang menemui saya di Lumajang dulu, yang mengatakan akrab dengan seluruh penghuni lautan itulah, saya akhirnya mengetahui ramuan jamu dari mulai masuk angin hingga ramuan untuk sakit kanker.

Awalnya pula, setiap ada orang sakit, saya beri resepnya, dan mereka akan mencari sendiri bahan jamunya di pasar dan merebusnya. Alhasil, banyak diantara mereka yang sembuh dengan ramuan yang saya berikan. Tetapi banyak diantara mereka yang kesulitan mencari bahannya di pasar.

Lalu mereka usul, bagaimana kalau saya saja yang mencari bahan jamunya dan sekaligus meramukannya ? Mereka mau mengganti berapa saja biaya jamunya. Dari banyaknya usulan mereka, akhirnya saya berpikir, apa salahnya saya menolong mereka yang sangat membutuhkan itu.

Ternyata benar apa yang mereka katakan. Bahwa bahan jamu yang saya butuhkan tidak semuanya tersedia di pasar tempat menjual bahan-bahan jamu. Karena bahan jamu itu harus ada, maka saya berusaha mencarinya ditempat lain. Bahan jamu yang tak ada dipasar itu terkadang saya peroleh di pekarangan-pekarangan rumah orang, terkadang dipinggiran-pinggiran sungai, dan seringkali harus saya cari benar-benar didaerah pegunungan yang berbukit-bukit.

Waktu itu saya masih muda, usia sekitar 39 tahun. Sejak muda memang sudah suka naik gunung, sehingga untuk naik turun tebing yang agak terjal sudah biasa, artinya tidak takut.

Yang paling menjadi kendala adalah jika harus mencari kayu angin. Kayu angin ini tumbuhnya menempel pada ranting kayu-kayu besar di hutan. Nah ya tak mungkin to saya harus memanjat sendiri kayu besar itu untuk mengambil kayu angin itu ?

Akhirnya kami harus menghubungi seseorang yang sudah biasa memanjat kayu-kayu besar dihutan untuk mengambil sarang lebah. Bapak-bapak ini dengan lincahnya tanpa waktu yang lama sudah mendapatkan segepok kayu angin yang tumbuhnya merumpun seperti benalu yang menempel pada ranting-ranting pohon.

Cara memperoleh bahan jamu yang sulit seperti inilah yang menyebabkan bahan jamu demikian mahalnya. Bahkan ada yang satu ons harganya sekarang mencapai jutaan rupiah. Jika bisa mencarinya sendiri di hutan seperti kayu angin itu, masih mendinglah, harga jamu lalu bisa ditekan. Tapi kalau bahannya semua membeli di pasar, maka harga ramuan jamupun akan jadi melambung.

Jamu yang saya racik, termasuk mahal dipasaran. Karena kebanyakan dari tiap-tiap ramuan ada bahan-bahan jamu tak dijual di pasar, sehingga saya harus mencarinya sendiri di hutan. Bahan-bahan jamu yang tak ada dipasar inilah, kunci dari kemujaraban jamu yang saya racik. Sedangkan jamu yang dijual di pasar kebanyakan jamu umum, bukan jamu special seperti yang saya racik.

Saya pernah saking penasarannya pada jamu yang dijual di pasar, saya borong semua jamu yang ada di pasar. Dari jamu untuk masuk angin hingga jamu untuk kanker saya beli semuanya satu-satu. Dan sampai rumah saya buka satu persatu, lalu saya catat apa saja isinya.

Misal jamu untuk masuk angin isinya : temu lawak, temu ireng, kunyit, sambiloto, remujung, ceplikan, cengkih, kapulogo, adas, pulosari, jahe, dll. Semua jamu saya catat isinya apa saja. Betapa bingungnya saya. Ternyata semua jamu isinya sama saja. Looh ? Antara jamu masuk angin dengan jamu darah tinggi, dan jamu untuk darah rendah dan lain-lain kok isinya sama saja.

Piye ini ? Itulah jamu yang dijual di pasar-pasar.
Pantas saja, jarang yang sembuh minum jamu pasar, karena komposisinya yang sembarangan. Jamu untuk darah tinggi isinya sama dengan jamu untuk darah rendah. Maaf jika ada diantara kalian yang membaca blogku ini adalah suka meracik jamu sendiri yang dijual di pasar, mohon hal ini sebagai koreksi. Jangan asal menjual jamu, dan laku. Tapi kalian harus lebih mengutamakan keselamatan serta kebutuhan penderita. Yaa ?

Pantas saja para pasien yang datang ke saya dulu banyak yang komplain, bu jamunya kok tidak komplit kayak di pasar to ? Ha ha…saya menjawab. Lah…sampeyan mau cari yang komplit apa cari yang bisa sembuh ? Ya karena jamu di pasar 5 ribu atau 7.500 sudah dapat 1 bungkus besar dan isinya komplit sekali disana semua bahan ramuan ada he he sementara jamu saya hanya berisi bahan ramuan yang dibutuhkan saja. Dan karena sulitnya mencari bahan baku, maka walau isinya sedikit, mak harganya lebih tinggi daripada jamu yang dijual di pasar-pasar.

Lah buat apa menyertakan bahan ramuan kalau itu hanya untuk komplit-komplit biar kelihatan banyak ? tapi tak ada manfaatnya buat mengobati penyakit yang bersangkutan ?

Jamu saya dulu sampai dipesan untuk dibawa ke Perancis, Belanda dan Jepang. Bahkan kalau saya mau, akan diboyong di Belanda untuk meramu jamu disana, nanti bahannya pesen dari Indonesia ?

Ya saya jelas gak mau. Mending ngurusi bongso sendiri yang sakit meskipun uangnya sedikit, daripada ngurusi bongso sebrang walau uangnya banyak. Meskipun saya membutuhkan duit, tapi saya tidak mata duitan. Karena seringkali kalau ada pasien yang tak mampu, saya suruh bawa saja jamunya tak usah membayar, bahkan sering mereka saya beri uang untuk transport pulang. Kasihan.

Dalam perkembangannya, selepas pasca operasi caessar kelahiran anak saya, sejak itulah saya mulai terkena sakit maag kronis hingga anak saya SMA. Sepanjang hari sepanjang waktu menderita kesakitan berganti-ganti. Dan sejak putri saya lahir itulah saya tak lagi menerima pasien dan tak lagi bisa meramu jamu lagi.

Dulu saya menerima pasien dalam satu hari antara 40 hingga 50 pasien. Sehingga hampir tak ada waktu istirahat sama sekali dari mulai bangun tidur subuh hingga jam 12 malam. Setiap menjelang tidur, badan seperti remuk redam rasanya. Pagi jam 6 sudah diantri orang. Padahal saya buka prakteknya jam 8 pagi dan tutup jam 4 sore. Namun kenyataannya sering tutup praktek jam 8 malam karena menyelesaikan orang yang datang terakhir.

Sesudah itu, langsung dilanjut meramu jamu untuk esoknya hingga jam 12 malam. Karena jamu untuk hari itu selalu habis, bahkan sering kurang.

Lalu. Mengapa Saya Tak Meracik Jamu Lagi Dan Berganti dengan Morinda ? Karena banyak bahan yang tak tersedia di pasar. Sehingga saya harus mencari ke hutan atau gunung-gunung. Dan ini yang sekarang tak mungkin bisa saya lakukan karena usia saya sudah semakin tua, fisik sudah tak memungkinkan lagi untuk berpetualang mencari bahan jamu. 

Apalagi setelah sembuh dari sakit maag ini. Saya masih belum bisa bekerja yang memakan banyak energi. Karena untuk meramu jamu yang bagus memerlukan energi ekstra yang cukup besar. Angkat bahan yang berat-berat. Mencuci bahan ramuan berulangkali. Menjemurnya. Ketika menjemur harus dibolak balik tidak bisa sehari kering, karena saya hanya menggunakan sinar matahari yang tak lebih dari jam 10 siang atau jam 11 siang.

Lebih-lebih setelah pasar besar Purworejo terbakar habis, maka sekarang, bakul penjual bahan ramuan jamu, menjualnya bahan ramuan yang dijual tidak sekomplit dulu lagi. Jadi bertambah susah mencari sarananya.

Maka ketika kemudian saya sakit lama, dan Alhamdulillah Allah ijinkan sembuh permanen dengan air mentah dan morinda, siapapun yang sakit dan meminta tolong kepada saya, ya saya anjurkan minum air mentah dan morinda saja. Meskipun harga morinda relatife mahal untuk kocek masyarakat Indonesia seperti saya. Karena sementara ini belum ada alternative lain.

Herbal yang lain bisa untuk mengobati maag kronis. Namun hasilnya tidak sebagus morinda. Kalau herbal lain kesembuhan hanya sangat sementara, namun morinda insya Allah bisa mengobati secara permanen. Karena morinda bekerja hingga ke tingkat sel.

Inilah alasan saya mengapa saya berlih ke pengobatan dengan morinda antara lain :
  • Lewat lantaran morinda maag kronis, gerd dan anxyetas, serta semua keluhan yang ada dalam tubuh saya, sembuh permanen, dan tak kambuh lagi meskipun lama tak minum lagi.
  • Morinda bisa untuk mengatasi segala keluhan atau penyakit, bukan hanya untuk maag dan gerd saja.
  • Morinda terbuat dari mengkudu, dimana menurut penyelidikan ahli mengkudu dunia (Dr.Neil Salomon), mengkudu yang kemudian popular dengan sebutan noni, adalah tanaman obat, yang mempunyai unsur pengobatan terlengkap didunia, diantara semua tumbuhan obat yang ada didunia.
  • Morinda bisa dipertanggungjawabkan secara klinik laboratorium. Artinya sebelum minum morinda dipersilahkan cek laboratorium dulu, lalu minum morinda, dan sesudah minum, silahkan cek ulang ke laboratorium lagi. Dan silahkan diperbandingkan hasilnya.
  • Morinda mempunyai banyak lisensi atau sertifikasi pengakuan dari seluruh dunia sebagai produk herbal berkualitas, terutama dari negara-negara yang sangat ketat dalam seleksi atas produk-produk kesehatan yang ada. Seperti Amerika, Jepang, Jerman, dan Norwegia.
  • Sudah ada 90 lebih negara didunia yang menggunakan morinda bukan saja sebagai produk pengobatan, namun sebagai minuman kesehatan sehari-hari bagi mereka.
  • Morinda sangat aman dikonsumsi oleh siapa saja, untuk segala usia, bahkan bayi baru lahirpun aman untuk morinda, juga untuk wanita yang sedang hamil atau menyusui, karena morinda 0 % kimia.
  • Jika minum morinda diminum selalu ada reaksinya, karena dalam tubuh kita ada sel yang tak sehat. Jika seseorang itu benar-benar selnya sehat, maka sekali minum 1 botolpun ia tak akan bereaksi apa-apa, hanya tubuhnya akan bertambah bugar karena full energi.
  • Yang saya paling senang dari morinda, ia bisa mendeteksi organ apa saja yang tak sehat dari tubuh seseorang. Yaitu, ketika diminum, mana yang terasa sakit, berarti ditempat itulah ada sel dari organ setempat yang tak beres atau bermasalah.
  • Morinda bisa dikirim kemana saja, sejauh di negara itu sudah ada kantor cabangnya.
  • Reaksi minum Morinda bisa disesuaikan dengan tingkat daya tahan tubuh seseorang dalam menahan reaksi morinda dengan jalan menaikkan dan menurunkan dosis morinda sesuai kekuatan orang tersebut.
  • Keluhan reaksi yang timbul dari minum morinda sangat mudah diantisipasi hanya dengan minum air putih yang hangat, dan menurunkan dosis minum.
  • Bahan pembutan morinda dibuat dari mengkudu unggulan, yang hanya tumbuh di kepulauan Tahiti, pulau yang jauh dari pencemaran lingkungan karena dilingkari oleh laut-laut yang sangat dalam, sehingga mengkudu yang dihasilkannyapun merupakan mengkudu berkualitas dan penuh dengan kandungan mineral alami.
Lalu mengapa minum morinda ada yang cepat sembuh dan ada yang lambat ?

Morinda, ketika diminum, ia akan membabat semua penyakit yang ada didalam tubuh hingga tuntas. Jika yang kita derita hanya penyakit maag kronis saja, maka dengan minum morinda, maag kita insya Allah akan cepat sembuh.

Namun jika sakit yang kita derita bukan hanya maag kronis saja, maka dengan minum morinda, maag kita tidak akan cept sembuh. Karena morinda juga harus menangani penyakit lain yang ada didalam tubuh kita.

Saya sering dikomplain sama teman. Bu katanya hanya dengan 2 botol morinda maag saya sudah sembuh Bu ? Tapi ini sudah habis 2 botol namun belum ada tanda-tanda kesembuhan pada maag saya Bu. Uluhati saya masih sering terasa perih Bu.

Tapi kliyengan saya dan debar jantung saya yang selalu kencang sekarang sudah tak pernah saya rasakan lagi. 

Nah itu dia. Ternyata morinda tidak hanya menangani maag kronisnya saja, namun juga menggarap kliyengan di kepala dan debar jantung di bagian jantung.

Karena kinerja morinda itu dari atas kebawah, maka ketika habis dua botol maagnya belum sembuh, sebab botol pertama dan kedua itu untuk menggarap bagian kepala dan jantung lebih dahulu hingga tuntas. Jadi jangan buru-buru complain kepada saya dulu ya teman? Harus ditelusur lebih dulu apa sebabnya ?

Ada lagi yang tak sembuh-sembuh minum morinda, dikarenakan seseorang itu 100 % mengandalkan kesembuhannya pada morinda. Mentang-mentang sudah konsumsi morinda ia makan apa saja dengan bebasnya, lalu komentarnya :”Bu saya minum morinda kok lambung dan badan saya malah tambah tak karuan rasanya?”. Ketika saya telusur, yaitu dia makan apa saja, karena sudah sangat PDenya sudah konsumsi morinda.

Minum morinda juga baru berapa hari, emangnya minum morinda seperti sulapan, bisa ada gedabra diminum luka lambungnya langsung kering dan maagnya sembuh ? Ahaai…siapapun juga mau minum morinda jika bisa begitu !

Berobat dengan morindapun juga butuh proses waktu untuk sembuh. Apalagi jika selain lambung ada penyakit lain dalam tubuh kita. Maka meskipun sudah konsumsi morinda, jika belum sembuh ya tetap harus menjaga menu makannya. Makan nasi lembek ya tetap makan nasi lembek. Belum boleh makan gorengan karena kasar dan berminyak ya jangan diembat dulu gorengan itu. Apalagi makan sembarang buah, belum boleh atuuh !

Demikianlah, Mengapa Saya Tak Meracik Jamu Lagi Dan Berganti dengan Morinda ?

Padahal dulu, Alhamdulillah maag  kronis dan gerd banyak yang sembuh dengan jamu saya, hanya dengan beberapa bungkus saja, tak lebih dari 3 bungkus. Tapi ketika saya sakit sendiri tak mau minum jamu saya sendiri, karena rasanya agak pahit. Saya paling tak suka dengan rasa pahit he he..

Seandainya sekarang ini saya masih bisa meramu jamu sendiri, tentu tak akan saya tawarkan morinda yang harganya cukup aduhai itu. Doakan saya to, biar strong lagi seperti dulu, siapa tahu bisa meramu jamu lagi, dengan harga yang murah meriah, kita semua bisa terbebas dari maag kronis dan gerd kita. Semoga artikel ini bisa menambah wawasan kalian tentang morinda yaa ?

Alhamdulillahirabbil’alamiin.

Salam Penulis,
Niniek SS
Labels: EDISI SPESIAL, Herbal Berkualitas, Morinda Bioactive, Tanaman Herbal Berkhasiat

Thanks for reading Mengapa Saya Tak Meracik Jamu Lagi Dan Berganti Dengan Morinda ?. Please share...!

0 Komentar untuk "Mengapa Saya Tak Meracik Jamu Lagi Dan Berganti Dengan Morinda ?"

Back To Top