SOLUSI SAKIT MAAG

Blog pengalaman sembuh sakit maag kronis | obat alami sakit maag | makanan sakit maag | cara sembuh sakit maag | pantangan sakit maag

http://solusi-sakit-maag.blogspot.com/2014/07/resensi-buku-rahasia-sembuh-sakit-maag.html

Siapakah Niniek SS

Bismillahirrahmanirrahiim…

Dari banyaknya orang sakit maag yang mencari info tentang Siapakah Niniek SS, dan dari banyaknya teman sakit maag yang konsultasi kepada penulis yang penasaran dan menanyakan tentang proffesi penulis, maka pada kesempatan ini penulis ingin bagikan tentang diri penulis apa adanya agar, anda tak penasaran lagi kepada penulis. He he ada-ada saja !

“Ibu, mohon maaf sebelumnya, jika pertanyaan saya ini tidak sopan, saya mau tanya ibu, apakah proffesi Ibu Niniek ?” begitu salah satu pertanyaan dari sahabat sakit maag.

Lalu ada lagi yang bertanya :”Bunda, mohon maaf…apakah bunda seorang dokter?” pertanyaan yang senada penulis dapatkan dari sahabat yang lain dalam telpon, seperti ini :”Ibu, mohon maaf, wawasan ibu tentang sakit maag sangat super deh, bahkan keterangan yang sangat detail tentang sakit maag serta GERD tidak pernah saya dapatkan dari dokter spesialis sekalipun dan tak pernah ada di internet, karena saya sudah blusukan di internet Ibu…” (Ya karuan saja Dokter tak punya waktu untuk menjelaskan secara detail tentang sakit maag kepada anda, bukan karena beliau tidak tahu he he, anda saja yang aneh !).

Yang lebih unik lagi, ada teman diseberang laut sana, lewat telpon meminta :”Ibu Niniek, dengan sangat dan hormat, kecuali saya ingin konsul kepada Ibu, saya ingin agar Ibu berkenan untuk menjadi dokter pribadi saya, mendampingi upaya kesembuhan saya, membimbing saya agar bisa sembuh normal seperti sebelumnya, saya ingin kita professional Ibu, Ibu memberikan ilmu serta jasa Ibu kepada saya, dan sudah selayaknya saya memberikan jasa kepada Ibu setiap saya konsultasi, saya mau membayar kepada Ibu berapa biaya konsultasi sesuai yang Ibu kehendaki, 100 ribu ? 200 ribu ? 300 ribu ? bahkan 500 ribupun saya akan bayar Ibu, asal saya bisa sembuh Buu…”

Astaghfirullahaladziim…Tuhan selamatkan hamba dari tawaran dunia !

Nah penulis hanyalah ibu rumah tangga biasa dengan suami dan satu anak perempuan yang sedang kuliah awal. Mengerjakan pekerjaan rumah sehari-hari sendiri bersama suami, tanpa pembantu karena tak mampu menggajinya. 

Sehari-hari hanya menulis, melayani konsultasi teman-teman penderita maag, ngepak paket, melayani tamu konsultasi sakit jika ada, dan dzikir demi kesempurnaan hidup. Penulis manusia biasa, bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa. Tak ada istimewanya sama sekali. Sampai kapanpun penulis tak ingin menjadi siapa-siapa kecuali menjadi hamba yang diakui oleh Allah SWT, itu saja, tak lebih. 

Jika suatu saat kelak penulis bisa menjadi hamba yang diakui oleh Allah SWT, itu adalah puncak prestasi tertinggi bagi penulis. 

Seorang hamba yang baik tentu seseorang yang taat dan setia kepada tuannya, berbakti dan taklid kepada majikannya. Apalagi ini hamba dari Tuan dan Majikan Yang Maha Agung, Yang Maha Menguasai Hidup dan Mati semua makhluk, yang menjadi Tuan Dunia dan Akherat seisinya ! Semestinya penulis dalam menghamba harus lebih ! 

Tapi penulis belum dapat menjadi hambaNya yang baik sesuai dengan kehendakNya. Ah masih jauuuuuh...Penulis masih sering menjadi hamba dari diri sendiri, masih sering menghamba pada ego dan keinginan-keinginan diri, masih sering menghamba pada pemikiran-pemikiran dan cita-cita diri, dan lain sebagainya, dan lain sebagainya. Masih belum bisa memenggal otak dan memenangkan hati, apalagi memenangkan ruh dan jiwa. Ah masih jauh…Dan sekarang sedang dalam perjalanan, mudah-mudahan sampai sebelum waktunya. Amiin.

Penulis tak berpendidikan formal medis apalagi berproffesi seorang dokter ! Penulis hanya lulusan SMA dengan nilai yang biasa-biasa saja he he, tapi untuk nilai agama dan melukis selalu terbagus di kelas. Narsis ni yee.

Pada waktu penulis berusia sekitar 37an tahun (penulis tidak begitu ingat persisnya), penulis bertemu dengan sosok gaib yang ciri-cirinya seperti yang dinisbatkan para alim ulama bagi beliau sebagai Nabi khidir As.

Beliau mengatakan kepada penulis bahwa penulis diusia sebelum 39 tahun harus menolong banyak orang, bahkan hari itu juga sepulang dari pertemuan dengan beliau ke pondok, penulis sudah harus menolong banyak orang. Penulis masih tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh sosok gaib yang dikemudian hari semakin meyakinkan penulis bahwa beliau adalah memang yang dimuliakan oleh Allah Nabi Khidir As.

Penulis bertemu dengan beliau dalam perjalanan penulis dari Lumajang ke Jember yang memakan waktu kurang lebih 2 jam. Karena Lumajangnya bukan Lumajang kota, namun masih jauh masuk ke pelosok kearah utara Lumajang.
Dan setelah mengobrol panjang lebar, serta beliau memberikan wejangan yang menurut penulis merupakan wejangan yang sangat langka dan sangat berharga, maka tiba-tiba beliau mengatakan :”Mbak, sebelum usia 39 nanti sampeyan bakal didatangi banyak orang untuk meminta pertolongan” Kata beliau.

Dalam hati penulis membatin, lah…minta tolong apa ? Sedang penulis bukan dokter dan bukan paranormal.

Rupanya beliau mengetahui apa yang penulis pikirkan. Lalu beliau berkata :”Tak usah menunggu hingga sebelum usia 39, nanti aja sampeyan pulang ke pondok, sampeyan sudah harus menolong banyak orang, lalukan saja sesuai dengan gerak hati sampeyan dalam menolong orang, bismillah…insya Allah akan Allah ijinkan sembuh”.

Benar saja sepulang dari Lumajang sampai ke Pondok (Saat peristiwa ini terjadi, penulis mondok di Pesantren Putri Zaenab Shiddiq di Jember), ada 8 orang yang kerasukan setan ketika main handsball menjelang maghrib ( Baca pertemuan dengan Khidir yang Pertama, bagian 1 dan bagian 2 ). Dan dengan penuh ajaib, ke delapan anak pondok atas ijin Allah bisa penulis usir setan-setan yang merasuki anak-anak pondok tersebut. Dan sejak itulah, hingga detik ini penulis tak pernah berhenti menolong orang sakit.

Beberapa bulan sepulang dari pondok pesantren, penulis sempat buka klinik pengobatan di rumah dengan jamu ramuan sendiri. Akhirnya pasien setiap harinya hingga 50 orang. Penulis lupa makan, lupa minum. Inilah yang menjadi pemicu penulis akhirnya terkena maag kronis. Kecuali itu penulis suka sekali minum kopi cremer. Lengkaplah luka dilambung penulis.

Kecuali itu sejak kecil, bagi penulis, makan bukanlah merupakan hal yang penting. Artinya bila saatnya makan belum ada sesuatu (karena orang tua penulis bukanlah orang yang mampu), tidak menjadi persoalan bagi penulis. Sehingga sampai tuapun terbiasa, ada makanan ya Alhamdulillah, tidak ada makanan ya tetap bersabar dan tidak menjadi masalah.

Namun rupanya lambung penulis yang tidak kuat. Apalagi sejak penulis harus menolong orang sakit, penulis melakukan ikhtiyar lahir dan batin ke Hadlirat Allah agar penulis selalu diberikan keselamatan lahir dan batin, dunia dan akherat dalam menolong orang sakit.

Puasa dan melek malam sudah biasa penulis lakukan sejak di pondok. Dzikir sepanjang malam tak henti-hentinya hanya untuk memohonkan agar pasien mendapatkan ampunan setiap dosanya yang menjadi hijab sehingga sakitnya tak sembuh-sembuh.

Kecuali itu penulis juga mempelajari semua detail penyakit melalui buku pengobatan timur dan barat, Buku-buku literatur kedokteran modern, Buku-Buku Herbal Prof.DR.Hembing, Dr.Dalimartha, belajar tentang Manfaat Terapi Air Mentah dan makanan mentah dari ahlinya, Bapak Muhammad Subeno dari Majalengka, berguru langsung secara ruhani tentang metafisika dari Ahli Metafisika Dunia sosok yang mulia Ayahanda Guru Prof.DR.Kadirun Yahya (yang pernah meredamkan Gunung Galunggung ketika menyemburkan lumpur pasir yang tak bisa padam atas permintaan aparat pemerintahan setempat pada waktu itu). Namun pada tahun 2001 beliau sudah berlindung dalam naungan yang menenteramkan Allah SWT.

Penulispun belajar falsafah pengobatan Jawa dari para kesepuhan Jawa, bahwa jika manusia ingin sehat dan tenang jiwanya harus “nrimo ing pandum” (menerima takdir baik dan takdir buruk), wekel ing gawe (jangan malas, harus maksimal dalam ikhtiyar), dan semeleh (tawakkal kepada Allah).

Dan jika hidupnya ingin cukup, tidak mempunyai hutang harus “gemi, nastiti lan ngati-ati”. Gemi artinya hemat tapi tidak kikir, nastiti itu itu teliti, cermat, dan ngati-ati itu artinya bahwa orang hidup harus selalu waspada dan hati-hati dalam setiap hal. Tidak berpola hidup grusa-grusu (serampangan) dalam berpikir, bertindak dan berkata-kata.

Bahkan salah seorang Ulama Sufi pernah memberi wejangan yang sangat berharga kepada penulis, jika ingin mendapat RidhoNya Allah, orang harus bisa menjadikan dirinya seperti huruf Alif. Artinya tegak lurus. Lurus pikirannya, lurus hatinya, lurus ucapannya dan lurus tindakannya. Artinya keempat hal ini harus satu garis lurus.

Misal, pikirannya mengatakan ah aku tidak akan korupsi karena korupsi perbuatan yang sangat rendah, berdosa dan perbuatan dajjal karena menyengsarakan orang banyak. Lalu hatinya juga harus mengatakan benar, korupsi memang tak boleh aku lakukan, aku takut azab Allah, aku tak mau menyengsarakan anak cucuku karena perbuatanku, lalu ia mengatakan kepada stafnya dikantor (karena ia seorang atasan yang sangat berwenang menentukan keputusan):”Lakukan sesuai prosedur, data harus sesuai dengan fakta yang ada, jangan ada satu senpun yang kita manipulasi”.

Dan tindakanpun juga sama, tetap berpegang kepada prinsip awal bahwa ia tak mau melakukan korupsi, maka ketika ia mendapat marah atasannya mengapa data kok dibuat murni sesuai apa adanya, tidak menurut perintahnya, maka ia berani mengatakan kepada atasannya :”Maaf pak, saya tidak berani melakukannya, saya benar-benar takut akan azab Allah pak”. Meskipun beberapa waktu kemudian ia lalu digeser jabatannya kepada level yang lebih rendah, ia tetap mengucapkan syukur Alhamdulillah karena telah bisa menjadikan dirinya seperti huruf Alif.

Demikianlah penulis mendapat wejangan dari Sang Sufi Agung.

Lalu dalam kaitannya penulis membuat blog ini, penulis semata hanya ingin membagikan pengalaman kesembuhan penulis dari sakit maag yang penulis derita lebih dari 15 tahun, agar teman-teman yang menderita sakit maag diseluruh Indonesia bisa mengetahuinya.

Penulis bisa saja membuka klinik lagi dirumah khusus untuk pengobatan sakit maag, namun penulis tak ingin mengecewakan para pasien, karena penulis yang sekarang bukan penulis yang dulu.

Kalau penulis yang dulu bisa seharian full dari jam 6 pagi hingga jam 8 malam melayani pasien tanpa henti, karena waktu itu penulis masih muda dan energik,tapi sekarang sudah tak seperti dulu lagi setelah sembuh dari sakit maag yang begitu lama ini. 

Penulis yang sekarang, meskipun sudah benar-benar sembuh dari maagnya, namun fisik telah mengalami penurunan tajam. Usia sudah 59 tahun, fisik sudah sering kurang fit, maunya terus minum morinda, namun kondisi keuangan belum Allah ijinkan untuk bisa terus mengkonsumsinya. Meskipun demikian penulis tetap bersyukur dan bersabar.

Kehidupan penulis sangat sederhana. Rumah belum punya, Alhamdulillah kakak ipar sangat baik hati, salah satu rumah miliknya boleh penulis tempati hingga sak bosennya. Namun begitu hingga gentingnya ambrol ketanah sampai sekarang belum bisa memperbaiki.

Karena kalau diperbaiki harus mengganti atap seluruh rumah yang memerlukan biaya yang tak sedikit. Tentu membutuhkan biaya puluhan juta rupiah. Rumah yang penulis tempati sudah tua, memang sudah saatnya direnovasi. Penulis yakin, jika saatnya Allah ijinkan untuk bisa merenovasi, tetap bisa, entah darimana jalannya.

Kendaraan hanya ada satu sepeda butut, itupun Alhamdulillah bisa mengantar suami membeli segala keperluan kami. Sepeda butut ini sangat berjasa bagi kami sekeluarga, karena telah mengantar putri kami sekolah di SD 6 tahun, dan SMP 3 tahun dengan jarak tempuh pp 14 km dengan selamat dan lancar tanpa halangan suatu apa. Alhamdulillahirobbil’alamiin. Allah Maha Murah dan Maha Kasih Sayang kepada kami sekeluarga.

Satu-satunya harta yang sangat berharga adalah sebuah komputer tua, yang alhamdulillah bisa menjadi sarana penulis bersilaturahmi kepada anda sekalian lewat tulisan-tulisan ini, membagikan seluruh pengetahuan penulis utamanya tentang seluk beluk sakit maag dan tips-tips kesembuhannya, yang semoga saja bisa anda petik manfaatnya sekecil apapun.

Demikianlah Siapakah Niniek SS, agar anda tidak penasaran lagi tentang diri penulis. 

Jika anda menyangka penulis adalah seorang dokter, Alhamdulillah, namun itu tidaklah benar, yang benar adalah penulis termasuk orang yang sangat beruntung karena diberi sakit maag yang demikian lamanya oleh Allah, penulis tidak menjadi putus asa, penulis tetap berikhtiyar mencari kesembuhan dengan seluruh daya upaya, dengan berbagai doa dan dzikir, akhirnya Allah berikan kesembuhan, dan seluruh pengalaman penulis bisa penulis bagikan kepada anda semua disini, di blog ini.

Penulis mempunyai minat besar pada pengobatan sakit maag, oleh karena itu, meskipun penulis bukanlah seorang dokter, penulis sungguh-sungguh mempelajari setiap ilmu dari pendekatan apapun untuk kesembuhan sakit maag dan gerd. Dan hasilnya telah penulis buktikan dengan banyaknya teman sakit maag yang menghubungi penulis secara Online dan alhamdulillah telah Allah ijinkan sembuh.

Ada yang sembuh hanya dengan melaksanakan saran agar merubah pola hidup dan pola pikir, ada yang sehat dengan melaksanakan terapi air mentah, ada yang sembuh dengan herbal morinda, dan dengan berbagai pola yang penulis terapkan bagi kesembuhan para teman. Yang satu sama lainnya adalah tidak sama.

Dan cepat lamanya kesembuhan merupakan rahasia keunikan Allah yang tak dapat dipelajari oleh ilmu apapun, namun harusnya yang bersangkutan sendirilah yang memakluminya bukan orang lain.

Selama penulis membantu upaya kesembuhan teman-teman, banyak keanehan dan keajaiban terjadi, yang sulit untuk diceritakan disini.

Ada yang minum morinda baru 1 sendok kecil setiap harinya benar-benar sudah banyak perubahan yang terjadi, namun ada juga yang minum sudah berbotol-botol namun baru terjadi sedikit perubahan.

Apakah morindanya yang tidak mustajab, atau penulis yang tidak tepat dalam memberikan dosis ? Tidak bukan ? Karena FAKTOR KESEMBUHAN mutlak hanyalah MILIK ALLAH ! bukan milik morinda atau penulis sebagai pembimbing kesembuhan.

Inilah yang harus kita sadari bersama. Kalau sudah berbicara masalah HAK ALLAH, maka kita semua tidaklah bisa bicara apa-apa. Oleh karena itu berkali-kali penulis menyampaikan betapa pentingnya kita merapat, mendekat pada Haribaan Allah Ta'ala agar kita mendapat pencerahan dan keberkahan.

Kita sudah sering membaca Firman Allah SWT, berulang-ulang bahwa Al Qur'an adalah obat. Namun kita tidak meyakininya. kita lebih senang membaca koran, nonton TV, sms-an yang kurang manfaat, atau bahkan ngerumpi makan teman atau tetangga. Astaghfirullahaladziim naudzubillahimindzaliik. Bahkan mencari orang tua dalam berobat. Nanti orang tua yang kita datangi akan mengatakan bahwa sakit kita dibuat oleh si Anu dan Si Anu, untuk tolak balaknya kita harus mengeluarkan mahar sekian dan sekian yang semestinya bisa kita sedekahkan kepada yatim piatu atau fakir miskin malah lebih indah dan barokah.

Itulah kebanyakan kita, yang belum mendapatkan pencerahan, termasuk penulis dulu. Namun itu adalah masa lalu, yang tak perlu kita ingat-ingat, setelah kita taubatan nasuha, yang perlu kita ingat adalah sisa umur kita kedepan jadikan usia yang penuh berkah dan manfaat bagi kita. 

 Jika anda ingin segera sembuh, maka sangat penting anda untuk memiliki Buku Panduan Rahasia Sembuh Sakit Maag Kronis yang penulis susun sendiri, sebagai buah pengalaman sakit maag penulis yang begitu lama (lebih dari 15 tahun) hingga kesembuhan penulis yang sangat AJAIB, dimana dalam Buku Panduan tersebut penulis sertakan banyak sekali kiat-kiat dan tips-tips sembuh sakit maag kronis. Silahkan PESAN DAN SIMAK DISINI.
 
Alhamdulillahirabbil’alamiin.

Salam Penulis,
Niniek SS
Labels: Kisah Menarik, Kisah Nyata, Renungan

Thanks for reading Siapakah Niniek SS. Please share...!

10 comments on Siapakah Niniek SS

  1. tolong balas di alamat email saya saja bunda yerihandayani2412@gmail.com ibu sya juga menderita maag kronis beliau sakit suda kuarang lebih 5 tahunan sudah berbagai macam obat kami coba, bahkan keluar masuk rumah sakit rupanya Allah belum berkenan mengabulkan dao saya atas kasembuaha ibunda saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Yeri,

      Untuk siapapun saja yang mengalami sakit maag dan gerd, saya selalu menganjurkan pesan buku maag yang saya tulis, karena ini sebagai panduan perawatan sehari-hari, mengusahakan bisa terapi minum air mentah yang higienis, dan usahakan bisa konsumsi morinda, namun yang pemesanannya melalui saya. Bagi yang pesan diluar saya, maka saya tidak bisa melayani konsul panduan sembuh morinda, sebab saya tidak tahu pasti itu orinda yang asli atau yang dipalsukan. Insya Allah.

      Salam,

      Hapus
  2. MasyaAllah.. ternyata berat utk jadi huruf "Alif"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Candra,

      Benar sekali mbak. Betapa beratnya laku yang harus ditempuh. Perlu kesabaran untuk berlatih, dan harus istikolah selalu agar cepat berhasil.

      Salam,

      Hapus
  3. bu saya mau tanya..apakah dulu ibu sudah pernah coba kunyit putih?tolong dibalas terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rini Amelia

      Alhamdulillah. Lha wong Bu Niniek ni tukang ngramu jamu kok belum pernah minum kunyit putih ? Ya pernahlah. Tapi kalau kunyit putih yang direbus tanpa campuran memang belum pernah, karena saya merebusnya selalu dengan campuran bahan jamu yang lainnya. Jadi gak tahunya rasa aslinya kunyit putih kayak mana ? Yang jelas untuk lambung lebih cocok kunyit kuning daripada kunyit putih, karena kunyit putih getahnya terlalu keras di lambung.

      Salam,

      Hapus
    2. Asallamualaikum bu ninik istri saya menderita sakit lambung sudah 6 bulan berobat tapi masih sering kambuh
      ,bagaimana cara konsultasi dengan ibu

      Hapus
    3. Edi Aswin

      Wa'alaikumussalam Wr.Wb.

      Untuk konsultasi bisa hubungi saya di WA 0877.3259.8747

      Salam,

      Hapus
  4. Bu saya umur 20th dan ingin sembuh dari gerd.. mohon panduannya bu

    BalasHapus
    Balasan
    1. sendhy suwardi

      Mas Sendhy, silahkan pesan buku ibu "Rahasia Sembuh Maag Kronis" di blog ini untuk panduan perawatan agar lekas sembuh. Harga 100.000 + Ongkir.

      Salam,

      Hapus

Back To Top