SOLUSI SAKIT MAAG

Blog pengalaman sembuh sakit maag kronis | obat alami sakit maag | makanan sakit maag | cara sembuh sakit maag | pantangan sakit maag

http://solusi-sakit-maag.blogspot.com/2014/07/resensi-buku-rahasia-sembuh-sakit-maag.html

Belajar Ikhlas Dan Amanah

Bismillahirrahmanirrahiim...

Alhamdulillahirabbil’alamiin...jika pagi ini kita masih bisa bernafas. Alias masih diberi ijin oleh Allah SWT. untuk hidup pada hari ini. Untuk bertaubat dari perilaku hidup kita yang tak baik. Untuk menambah amal bagi bekal di akherat kelak. Untuk memperbaiki kesucian diri agar hijab kita dengan Allah semakin menipis, sehingga limpahan Ampunan, Rahmat, serta KaruniaNya semakin nyata. Inilah yang disebut dengan surga didunia, jika kita sudah tak membutuhkan apapun selain Allah SWT.

Apakah surga dunia itu yang bertabur dengan kemewahan ? yang bertabur dengan derajat dan pangkat ? yang bertabur dengan harta berlimpah ? Menurut saya adalah bukan !

Surga dunia ada dalam ketaatan dan ketakutan kepada Allah SWT serta kecintaan kepada Rasulullah SAW. yang telah membawa risalah kebenaran itu ke dunia ini. Taat menyambut shalat sebelum adzan berkumandang, karena shalat bukan semata kewajiban lagi namun lebih sebagai kerinduan dan kecintaan kepada Allah SWT. Shalat karena kita sangat membutuhkan Allah.

Takut, ketika nurani sebagai alarmnya Allah dalam diri kita memerintahkan untuk menginfaqkan sebagian harta kita dan kita tak segera menjalankannya. Takut ketika nurani memerintahkan untuk menyedekahkan harta yang sebenarnya sangat kita butuhkan itu kepada kurban tanah longsor, dan kita tak ambil pusing. Takut..takut..dan takut, kepada hati nurani..

Saya sering mendapat harta tiban dari Allah. Tiba-tiba saja di rekening BCA saya uang telah bertambah 3 juta, 2 juta, 500.000 tanpa konfirmasi siapa yang telah mengirim. Meskipun saya sangat membutuhkan. Saya tak berani menggunakannya, karena itu bukan hak saya meskipun sudah berada di rekening saya. Uang itu tak bisa dilacak dari siapa, karena dalam data tak ada nama pengirim. Bunyinya terkadang hanya :”setoran tunai”.

Hingga tiga hari, bahkan terkadang hingga satu minggu kemudian baru si pengirim uang memberitahukan bahwa itu uang memang dikirim sebagai hadiah untuk saya, katanya sebagai ungkapan terima kasih karena selama ini saya telah membimbing hingga ia telah sembuh dari sakit maagnya yang telah dideritanya bertahun-tahun. Subhanallah.

Saya sungguh-sungguh bersyukur kepada Allah ketika tahu bahwa uang kesasar di rekening saya itu memang hak saya, setelah pengirim memberitahukan kepada saya. Secara spontan saya lalu menganggarkan uang itu akan saya pergunakan untuk berbagai kebutuhan, terutama menutup biaya cetak buku, atau untuk membayar tagihan PLN dan PAM yang belum dibayar, dan lain-lain. Impas sudah pikir saya. Tak ada sisa ! Dan alhamdulillah. Yang penting sebagian kebutuhan akan tertutup.

Lho..lho..lho..belum juga beberapa saat mengalami kelegaan karena beberapa kebutuhan bakal tertutup, eh tiba..tiba..datang teman dhuafa..yang mempunyai anak banyak, mengutarakan kesulitannya, bahwa uang sekolah anaknya sudah beberapa bulan belum dibayar, dan jika tak segera dilunasi maka tak bisa ikut ujian. Sebenarnya ada kebijaksanaan dari sekolah tetap bisa ikut ujian, bayar sekolahnya nanti diusahakan sesudahnya. Namun anaknya yang bersikukuh tak mau ikut ujian kalau uang sekolahnya belum dilunasi...

Lagian dirumahnya, teman dhuafa ini sudah beberapa hari blas tak ada apa-apa buat dimakan. Lalu, apakah saya bisa menutup hati, mata dan telinga ? Ya ga bisalah. Yah..meskipun dengan beribu tanda tanya kepada Allah, akhirnya uang yang sedianya untuk bayar cetak buku, PLN dan PAM saya ambil dari ATM dan saya serahkan kepada teman dhuafa tadi he he..

Sepertinya Allah sedang bercanda dengan saya. Memberi kesenangan. Membuat saya bersyukur. Eh belum juga rasa syukur itu mengendap dalam hati, pemberian itu diambilNya kembali dengan paksa, untuk hambaNya yang dhuafa tadi.

Saya berfikir. Allah luar biasa baik. Tanpa harus kehilangan dari diri sendiri, saya diberinya kemanfaatan bagi pemberi uang, dan bagi keluarga teman dhuafa tadi. Dan bagi teman yang dhuafa. Anaknya bisa pada ujian, dan keluarganya jadi bisa makan. Lalu bagaimana dong urusan bayar cetak buku yang besuk pagi sudah jatuh temponya, Juga bayar tagihan PLN dan PAM ? Bukankah ini sudah tanggal 19 ? Sehari lagi tak dibayar PLN dan PAM bakal kena denda ? Nambah biaya lagi. Ah..saya tak mau mikir..Itu urusan Allah, bukankah saya wajibnya hanya nurut ? Tentu Allah besuk akan memberi jalan keluar untuk bayar PAM dan PLN.

Jika toh tak bisa bayar ya gak papa..Toh bayar denda tak akan menyebabkan kemiskinan. Tapi gimana dong untuk biaya cetak buku yang lumayan besar ? Ah..Saya tak mau mikir hal yang diluar kemampuan saya. Soal rejeki adalah urusan Allah. Kalau takdirnya ada ya ada. Kalau takdirnya tak ada uang, meskipun dicari setengah mati ya tak bakalan dapet. Dalam membelanjakan uang, saya mempunyai prinsip seperti keran air. Dimana setiap hari harus dibuka untuk mengalirkan, dan ditutup jika sudah tidak diperlukan agar tidak mubadir.

Benar juga besuknya. Tanggal 20. Hari itu harus bayar PLN dan PAM. Juga bayar biaya cetak buku, karena sudah waktunya harus dibayar. He he hingga jam 11 siang belum ada uang masuk yang mencukupi. Manusiawi kalau jantung jadi dag dig dug juga. Karena bukan kebiasaan saya untuk ingkar janji. Tapi Allah, biasanya selalu memberi pada saat yang tepat, dan biasanya memberinya mepet-mepet waktu. Dibuatnya hati kita ketar ketir dulu, was-was dulu, panik dulu, agar datang lagi kepada Allah untuk memohon pertolongan. Itu saya, entah kalau kalian..

Benar juga. Jam telah menunjukkan jam 1 siang. Sebentar lagi kantor PLN dan Kantor PAM sudah tutup. Apakah Allah lupa mengurus kebutuhan saya ? Tentu tidak dong !

Saat itu juga 3 hp terus berbunyi bersaut-sautan. Ternyata isinya pesan buku, morinda, dan tepung kerut. Bukan hanya satu orang yang memesannya. Jika dihitung...Ya Allah..keuntungannya lebih dari cukup untuk membayar cetak buku serta menutup tagihan PLN dan PAM. Bahkan masih ada sisa lebih untuk saya sedekahkan kepada ponakan-ponakan saya yang masih kekurangan biaya untuk kuliahnya.

Subhanallah...Allah Hu Akbar !..

Ketika kita dihadapkan pada perintah Allah. Kita, untuk melaksanakan sering berpikir seribu kali. Apalagi perintah nurani untuk menyedekahkan harta kita ketika kita sendiri sangat membutuhkannya. 

Sholat adalah sama-sama perintah. Kita bisa menjalaninya dengan ringan, karena kita tak kehilangan apa-apa, hanya kehilangan waktu dan energi saja. Namun kalau perintah untuk menyedekahkan uang kita ? Padahal uang itu sangat-sangat kita butuhkan ? Bukankah antara hati dan otak harus berperang lebih dahulu ?

Hati selalu mengajari kebaikan, menghitung baik dan buruk, membisikkan rasa takut kepada Allah. Mengajari keimanan. Sedangkan otak atau pikiran sering menghitung dengan matematika. Selalu membisikkan rasa was-was. Selalu berpikir untung dan rugi. Selalu mengatakan jangan kamu sedekahkan uangmu. Bukankah kamu masih butuh bayar ini dan itu ? Lebih baik kamu belikan ini atau itu keperluanmu, daripada kau sedekahkan. Bukankah engkau cari uang setengah mati, kok mau kau keluarkan dengan mudahnya untuk sedekah. Apakah jika kau sedekahkan uangmu, Tuhan akan memberimu uang untuk keperluan yang masih kamu butuhkan dengan segera ?

Pikiran sering mengajak kita kepada hal-hal yang masuk akal, namun justru menjauhkan dari iman. Belajarlah pada nurani bukan kepada pikiran, jika kalian ingin mendengar suara Tuhan. Ini adalah riset yang sudah saya jalani selama hampir 50 tahun semenjak saya kelas 5 SD.  Pikiran sering menjebak, sedangkan nurani tak pernah menipu. Banyaklah berdzikir apa saja yang kalian mampu dan ikhlas menjalaninya, agar nurani menjadi peka, menerima signal-signal goib.

Dzikir yang aman adalah dzikir yang diijazahi, dari seorang Guru Alim Ulama yang sanad keilmuannya serta silsilahnya lurus dari Rasulullah SAW. Hati-hati dalam berguru. Carilah guru pembimbing ruhani yang waliyan mursyida. Guru yang kekasih Allah. Bukan guru atau ustadz yang menjual ilmunya demi hidup. Masalahnya sekarang banyak ustadz yang menipu diri sendiri. Mengajar ngaji bukan karena Allah tapi karena mengejar prestise dalam hidup. Maaf ya Tadz..Mudah-mudahan kalian bukan termasuk Ustadz yang demikian yaa ? Yaa ? Yaa ?

Bu Niniek ini ada-ada saja. Mengupas masalah artikel Belajar Ikhlas dan Amanah kok sampai Ustadz yang jual ilmu demi prestise ?

Belajar ikhlas tak ada sekolahnya. Sekolahnya ya hidup sehari-hari itulah. Muridnya kita, dan gurunya adalah pengalaman. Untuk menjadi orang yang ikhlas dan amanah tak bisa dalam sekejab. Melalui proses yang panjang dan lama. Kadang dalam satu hari hanya ada satu pelajaran yang mampu kita tangkap.

Kalau sudah seperti saya, yang sudah berguru ikhlas sejak kelas 5 SD, dari mulai melek mata hingga merem mata kembali alias tidur pada malam hari, sepanjang hari beribu materi yang ada didepan mata. Kadang-kadang bingung, mau ambil pelajaran yang mana nih ? Apalagi harus langsung dipraktekkan, dan hasilnya langsung dicatat oleh malaekat. Repot kan ? Tak ada waktu lagi untuk menimbang-nimbang. Jikapun ada juga hanya beberapa saat, karena keputusan harus segera diambil. Allah itu Maha Sabar. Tapi kalau urusan menawarkan pahala kebaikan, sukanya kilat khusus. Harus segera dilaksanakan ! Mau tidak kita mengambilnya ? Kalau tidak segera diambil, maka selamanya akan lewat peluang kebaikan itu. Inilah yang sangat susah !

Kita mau kebaikannya, tapi kita tak mau pengorbanannya. Kita mau RahmatNya tapi tak mau menjalani Riyadhohnya. Riyadhoh tidak harus melek semalam suntuk untuk berdzikir, meskipun itu laku yang utama. Lakukan riyadhoh dengan laku yang kecil-kecil dulu. Bisakah kita mempersilahkan peminta-minta yang bajunya kumuh, mukanya kusut, tua renta tak pake sendal, masuk kedalam rumah kita yang mewah, mempersilahkan mereka duduk dalam kursi kita yang berharga jutaan rupiah ?

Bisakah ? Barangkali saja kita merasa jijik dengan keadaan mereka. Takut rumah kita menjadi tercemar jika mempersilahkan mereka masuk. Takut busa kursi kita yang empuk menjadi bau karena bekas diduduki oleh mereka ? Takut jika ketika kita sedang mempersilahkan peminta-minta itu duduk di kursi kita, tiba-tiba datang kolega bisnis kita, dan kolega itu menganggap aneh perilaku kita ?

Tahukah kalian ? Allah berada bersama-sama dengan para orang miskin dan teraniaya. Dan doa-doa mereka akan lengsung naik kelangit serta didengarkan oleh Allah. Kebanyakan kita hanya takut kepada manusia, namun jarang yang takut kepada Allah.

Jika kita mengasihi orang yang fakir, yatim piatu serta para dhuafa, maka Allahpun akan mengasihi kita lebih dari kasih sayang yang kita berikan kepada mereka semua. Jangan takut miskin karena memberi, karena sesungguhnya Allah akan membalas dengan balasan yang luas. Aamiin.

Memaafkan kesalahan orang itu juga termasuk riyadhoh. Apapun kebaikan yang kita lakukan hanya karena Allah itu adalah riyadhoh. Karena riyadhoh, adalah apapun kebaikan yang kita lakukan untuk menggapai RidhoNya.

Marilah kita semua belajar ikhlas dan amanah sejak sekarang. Dari sesuatu yang kecil yang mampu kita lakukan. Tak perlu memaksakan diri, karena Allah memberi kemampuan kepada kita masing-masing tidaklah sama, sesuai kebutuhan kita masing-masing pula.

Siapapun yang sudah bisa ikhlas dan amanah, maka hidupnya akan damai, bahagia dan sejahtera. Sejahtera tidak harus bergelimang harta, namun setiap kebutuhannya selalu dijamin oleh Allah pada saatnya. Inilah yang saya rasakan sebagai surga dunia. Bukan harta, bukan pangkat, bukan derajat, bukan kehormatan, namun kebahagiaan serta kemuliaan dalam RidhoNya.

Alhamdulillahirabbil’alamiin.
Purworejo, 12 juli 2016

Saling asah, saling asuh dan saling asih,
Niniek SS
Labels: Renungan

Thanks for reading Belajar Ikhlas Dan Amanah. Please share...!

2 comments on Belajar Ikhlas Dan Amanah

  1. Balasan
    1. Mbak Candra,

      Terima kasih, telah setia mengunjungi blog ya mbak, semoga selalu mendapat manfaatnya. Dan semoga menjadikan lekas sembuh. Aamiin.

      Salam,

      Hapus

Back To Top