SOLUSI SAKIT MAAG

Blog pengalaman sembuh sakit maag kronis | obat alami sakit maag | makanan sakit maag | cara sembuh sakit maag | pantangan sakit maag

http://solusi-sakit-maag.blogspot.com/2014/07/resensi-buku-rahasia-sembuh-sakit-maag.html

Memaknai Hidup Dengan Mengagendakan Kebaikan


Bismillahirrahmanirrahiim..

Bukankah kita setiap saat seharusnya bersyukur kepada Allah SWT ? Masih diberikan kesempatan untuk hidup ? Sehingga bisa melakukan segala aktifitas kita masing-masing ? Aktifitas dalam segala bentuknya untuk kelangsungan hidup kita. Beribadah. Bekerja. Bersilaturahmi dengan sesama. Berinteraksi dengan alam semesta. Mengaplikasikan cita-cita kedalam bentuk nyata. Mengapresiasikan seni dalam kehidupan. Mengaktualisasikan pemikiran-pemikiran dalam kebudayaan agar peradaban semakin maju sesuai kebutuhan jaman.

Kita tak boleh hidup egois. Yang hanya untuk kepentingan diri sendiri saja. Asal kebutuhan diri tercukupi. Asal keluarga bisa bahagia. Asal bisa memenuhi segala keinginan diri. Cukuplah sudah. Tanpa peduli untuk memikirkan apapun dan siapapun yang ada disekitar kita. Sebodo amat ! Toh itu bukan tanggungjawab kita, bukan urusan kita ! Begitulah seringkali kita berfikir ! Saya sendiri dulu juga seperti itu kok ! Sepertinya tak ada dosa, hanya memikirkan diri sendiri semata !

Ternyata ada sebuah “rahasia besar keberuntungan” ketika kita ikut membantu atau tenggangrasa (toleransi) terhadap kepentingan orang lain.
Misalkan. Suatu hari ketika kita sedang berjalan kaki dijalanan yang ramai oleh lalu lintas, tiba-tiba ada helm jatuh didepan kita. Apakah kita akan masa bodoh tidak mengambilkan helm itu lalu kita berikan kepada pemiliknya ? Yang kerepotan untuk memutar balik motornya karena lalu lalang kendaraan begitu padatnya saat itu ? Tidak bukan ?

Tentu kita dengan ringan tangan dan ikhlas akan segera mengambilkan helm itu dan kita berikan kepada pemiliknya yang sudah berada jauh didepan kita. Pemilik motor itu tentu sangat berterima kasih kepada kita yang telah berbaik hati mengambilkan helmnya yang jatuh.

Kita pikir hal ini soal sepele ? Yang tak akan berdampak kepada kita dimasa depan ? Tidak kawan. Kebaikan kecil yang kita lakukan, “pasti” dicatat oleh malaekat, dan akan “dibalas” oleh Allah dengan balasan yang lebih baik, pada saat yang”tepat”. Bahwa balasan Allah akan jauh lebih baik dari kebaikan yang kita lakukan dan bahkan berlipat ! Inilah yang kita sering kurang sadari.

Dan menurut saya, bahwa setiap kebaikan selalu akan lebih memperpeka nurani kita. Dengan nurani yang peka, kita akan lebih mudah merasakan kelembutan dan kasih sayang Allah SWT.  Dengan nurani yang peka kita juga akan lebih sensitif terhadap berita-berita yang turun dari langit..Allah marah, ataupun berkenan atas apa yang akan kita lakukan, insya Allah kita akan dapat menangkapnya.

Jika nurani kita tidak peka, mustahil kita mampu merasakan ketenangan jiwa, mustahil kita bisa menangkap kasih sayang Allah yang Maha Lembut. Karena batin kita juga tak memiliki kelembutan.

Orang yang tak memiliki kelembutan hati, yang tak mampu menangkap kelembutan kasih sayang Allah, biasanya akan sedikit-sedikit mengumpat, mengeluh, serta memaki kepada nasibnya yang dianggap sial. Juga selalu akan jauh dari rasa bersyukur. Nuraninya sudah bebal oleh sentuhan-sentuhan kebaikan dan kelembutan !

Ia merasa, sudah sholat 5 waktu, sudah puasa ramadhan, sudah ke masjid, sudah juga membaca Qur’an, namun mengapa sakit masih tak sembuh-sembuh ? Hutang juga kian menumpuk. Serta kesulitan-kesulitan masih saja mendera ? Dimanakah yang  salah ? Siapakah yang salah ? Apakah Allah ? Apakah diri kita ? Ataukah orang lain ?

Tentu tak mungkin Allah. Karena Maha Suci Allah dari segala ketidak baikan. Dan tak mungkin orang lain, yang tentu tak mampu membuat takdir kita bukan ? Tentu diri kita sendirilah yang salah, sehingga membuat takdir kita menjadi kurang beruntung !

Bagaimanakah dengan segala kebaikan yang menurut kita sudah kita lalukan dengan baik ? Benarkah demikian sesungguhnya ? Benarkah segala kebaikan yang kita lakukan demi niat hanya karena Allah ?

Benarkah kita sholat karena Allah ? Bukan karena sekedar untuk menggugurkan wajib ? Benarkah kita ke masjid karena takut kepada Allah ? Bukan karena takut digunjing sebagai muslim yang tidak taat karena tak pernah datang ke masjid ?

Benarkah kita puasa Ramadhan karena Allah ? Tapi mengapa saat berbuka puasa tak ada lauknya kita masih bersungut-sungut ? Marah kepada isteri yang tak jelas juntrungnya ? Tidak sayangkah puasa kita hanya mendapat lapar dan dahaga ? Tidak mendapatkan keberkahan yang lainnya ?

Lalu dengan niat apakah ketika kita membaca Al Qur’an. Tapi tak tahu maknanya apalagi menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari. Apakah kita membaca Al Qur’an karena Allah ? Bukan karena ingin dipuji karena rajin mengaji dan membaca Al Qur’an ?

Kita mungkin sudah melakukan banyak kebaikan. Tapi masih dengan niat bukan karena Allah. Tapi masih dengan niat untuk mendapat pujian. Inilah perbuatan baik yang sering tak berbuah. Buahnya ya hanya dipuji orang. Bukan dipuji oleh Allah SWT.

Semua perbuatan baik yang bukan karena Allah, menurut saya hanyalah sebuah kesia-siaan. Oleh karena itu marilah kita luruskan niat kita dalam melakukan segala sesuatu. Adalah hanya karena Allah belaka !

Sholat adalah “kesempatan emas” untuk meraih selamat dan sukses dunia akherat

Betapa tidak ? Allah berikan sholat sebagai kesempatan manusia menghadap kepada Allah SWT. ketika masih hidup didunia.  Allah berikan itu sebagai cara dan waktu untuk manusia bisa berinteraksi denganNya. Apakah ini bukan kesempatan emas bagi kita sekalian ?

Didalam sholat kita diajarkan bagaimana menjadi manusia yang sesungguhnya. Manusia yang bisa merasakan dosa-dosanya. Yang diberikan kesempatan untuk bertaubat nasuha.  Diajarkan bagaimana kita mengakui sangat rendah dan betapa kecilnya di Hadapan Sang pencipta, ketika kita menundukkan wajah dan bersujud kepadaNya. Diajarkan bagaimana kita bersyukur atas segala nikmatNya, serta bergantung harap hanya kepada pertolonganNya dalam tahiyat. Dan diajarkannya kepada kita untuk bersilaturahmi kepada sesama dalam salam di akhir sholat.

Dan jika sholat kita diterimaNya, bukankah kita sebenarnya telah menjadi manusia yang kaffah ? Karena kita diterimaNya dalam “kesempatan emas” yang telah diberikanNya kepada kita. Jika Allah berkenan, Allah Ridho, bukankah itu “segalanya” bagi kita manusia muslim ? Bukankah itu suatu karunia yang “sungguh luar biasa” bagi kita ? prestasi yang menurut saya sungguh tak ternilai jika seluruh sholat-sholat kita diterima oleh Allah SWT. Bukankah hanya itu tujuan kita hidup dan mati kita ? Illahi anta maksudi wa ridhoka matlubi ? Hanya Allahlah tujuan kita, dan hanya RidhoNyalah yang kita harapkan ? Apalagi ?

Namun kita tak pernah ada yang tahu. Sholat kita yang manakah yang berkenan di Hadapan Allah SWT. Sholat kita yang manakah yang DiterimaNya ? Oleh karena itu, setiap saat kita harus selalu memperbaiki lahir batin kita, akhlak kita, agar dalam “puncak peribadahan” kita, saat kita sholat, berkenan dan diterima oleh Allah SWT. Sebab sesungguhnya sholat adalah kristalisasi dari nilai kehidupan kita sehari-hari.

Jika keseharian kita buruk, mana mungkin sholat kita bisa bagus. Jika keseharian kita sabar, nrimo, rendah hati, lemah lembut, penyayang, tentu kita juga akan seperti itu pula,di Hadapan Allah ketika sholat. “rendah hati dan lemah lembut”.

Memaknai Hidup Dengan Mengagendakan Kebaikan.

Kata Cak Nun dalam salah satu tausiah beliau di pengajian maiyahnya : Terus berusahalah untuk berbuat kebaikan, untuk menabung kesucian, karena jika kita suci maka akan lebih mudah untuk menghadap Yang Maha Suci, adalah Allah SWT.

Bagaimana kita akan diterima oleh Sang Maha Suci, jika lahir batin kita masih diselimuti atau berlepotan dengan ketidak sucian seperti : keangkuhan, kesombongan, angkara murka, keserakahan, kerakusan, ketidak jujuran, dan sejenisnya ?

Bagaimana batin kita akan menjadi batin yang suci dan tenang, jika wadag masih dipenuhi dengan nafsu jasad yang serakah untuk menguasai alam sekitar ? Pagi, siang,sore, malam, seluruh hari-harinya hanya untuk bekerja banting tulang mencari penghasilan, mencari popularitas, mencari kekuasaan, sehingga lupa segala-galanya.

Lupa Allah, lupa anak lupa isteri, lupa kuwajiban kemasyarakatan, tak peduli tetangga meninggal, sanak saudara dirumah sakit. Yang diingat bagaimana caranya agar hartanya selalu bertambah setiap saat. Bagaimana agar kekuasaannya terus meluas. Bagaimana agar jabatannya terus melejit ! Untuk apa hakekatnya semuanya itu ? Untuk kebahagiaan ? Sedang kebahagiaan sesungguhnya tak pernah dinikmatinya. Jarang terjadi komunikasi dengan keluarga ? Jarang berbagi dengan sanak keluarga dan para tetangga, apalagi dengan fakir miskin dan anak-anak yatim. Kebanggaannya hanya menjadi milik dirinya sendiri saja. Sedang seutama-utamanya manusia adalah yang banyak manfaatnya bagi orang lainnya.

Tahu-tahu laah kok rambutnya telah ubanan ? Laah kok giginya mulai pada tanggal ? Laah kok wajahnya sudah mulai keriput ? Dan tahu-tahu, dirinya jatuh sakit yang seluruh harta kekayaannya tak mampu menolongnya...Inilah gambaran banyak orang saat ini. Yang terlena dengan dunianya, lupa akan akheratnya, ketika sadar sudah terlambat, dirinya sudah tak mampu lagi melakukan kebaikan yang ingin dilakukannya.

Agendakan kebaikan setiap hari

Hidup saya, alangkah mengasyikkan. Karena setiap pagi selalu menyongsong kebahagiaan. Terakhir sebelum tidur saya selalu memikirkan kebaikan apa yang akan saya lakukan untuk besuk pagi ? Jika belum menemukannya, maka sampai jam berapapun mata saya belum mampu terpejam. Maka kemudian saya akan bangun lagi, mengambil air wudhlu, sholat istikharoh 2 reka’at lalu berdoa memohon pertolongan Allah untuk menunjukkan kebaikan apa yang sebaiknya besuk pagi saya lakukan ? Alhamdulillah, selalu saja kemudian ada petunjuk datang sebelum saya tidur.

Tak perlu memikirkan kebaikan besar, karena yang kecilpun sangat berarti

Apapun yang kita lakukan, jika itu sebuah kebaikan, akan sangat berarti. Kita seringkali sungkan untuk bersedekah yang nilainya hanya sedikit. Padahal memang itulah yang kita mampu. Misal kita ada 5.000 perak nih. Dan di kampung yang berbatasan dengan komplek perumahan yang kita tinggali, ada ibu janda dengan beberapa anak yatim yang masih kecil-kecil. Belikan uang itu dengan jajanan yang pantas lalu kita berikan kepada mereka. Tak perlu malu. Mungkin hanya dapet 5 kue pukis. Tak mengapa. Itu akan sangat berarti untuk keluarga mereka, karena kue pukis itu mungkin takkan terbeli dengan keuangan mereka yang tak mampu.

Lain kali mungkin bisa dibelikan gula pasir 1 kg dengan tehnya, atau lain kali lagi belikan tempe mentah dan tahu masing-masing 1 bungkus. Allah menilai bukan dari banyak sedikitnya apa yang kita berikan, tapi dari tingkat keikhlasan kita.

Jika kita sudah terbiasa berbuat baik atau sedekah yang kecil-kecil, maka lama kelamaan kita akan tak berat untuk bersedekah atau berbuat baik dengan nilai yang besar-besar. Bahkan akhirnya kita akan menjadi orang yang hati dan pikirannya tak tergantung lagi pada kebendaan. Sedekah motor. Sedekah uang satu juta hingga jutaan bukan sesuatu lagi bagi kita.

Kita akan terbiasa mengisi amplop takziah di kampung-kampung dengan selembar dua lembar ratusan ribu bahkan lima ratus ribu rupiah tanpa merasa berat. Tanpa perlu ahli musibah tahu bahwa kita memberikan uang duka sedikit lebih..Marilah kita belajar melakukan apapun karena Allah semata. Bukan karena sesuatu yang lain apapun ! Karena yang mampu memberikan balasan yang lebih baik dan berlipat hanyalah Allah semata jua. Iya kan ?

Tak perlu takut miskin dengan bersedekah. Karena semua akan “DIBALAS” oleh Allah pada saatnya yang tepat. Dan dengan balasan yang lebih baik dan berlipat. Jadi jangan khawatir.

Saya bangkit dari segala keterpurukan saya, karena saya belajar terus bersedekah. Awalnya ragu. Awalnya sedikit. Lama-lama percaya. Lama-lama berani bersedekah agak banyak. Awalnya belum ikhlas. Apa iya sih ? Eh lama lama bertambah ikhlas. Bertambah yakin. Dan bertambah besar. Bahkan orang sampai geleng-geleng kepala menerimanya. Subhanallah !!! Bersedekah dan berbuat baikpun kita harus belajar. Dan itu memerlukan waktu yang panjang ! Bukan sehari dua hari, bahkan bertahun tahun !

Jika kita belum pernah bersedekah, apakah kita akan mampu jika tiba-tiba harus bersedekah 10.000.000 rupiah untuk tetangga kita yang terjerat hutang renteneer ? Ini sedekah lho ! Bukan pinjaman ? Mampukah kita ? Mampukah kita, datang ke takziah tetangga yang punya anak yatim dengan memasukkan amplop yang berisi 500.000 kedalam baskom tanpa memberitahu si ahli musibah bahwa kita tadi telah memberinya uang 500.000 kedalam baskom dengan amplop yang tak bertuliskan nama ? Mampukah kita ?

Saya yakin jarang kita yang mampu melakukannya. Karena tak pernah latihan sebelumnya. Oleh karena itu. Tantangan bagi kita untuk terus dan terus belajar, menjadi orang yang ikhlas karena Allah. Melakukan segala hal hanya niat karena Allah. Bukan karena sesuatu apapun !

Dan jika kita bersedekah karena Allah. Maka Allah tak tanggung-tanggung dalam membalas apa yang kita sedekahkan.

Dan jika kalian sakit, sebaiknya jangan sampai kalian minta disedekahi. Menawar harga obat, tepung kerut ataupun madu. Sebaliknya, justru kalian harus banyak bersedekah agar kalian mendapat Ridho dan Ampunan dari Allah SWT. Aamiin.

Sahabat NiniekSS yang kusayangi semuanya...

Sakit ini, bagi kita adalah pembelajaran untuk banyak hal. Ambil dan cari hikmahnya terus menerus. Hingga kalian menemukannya. Hingga kalian menemukan kebahagiaan. Jika kalian berusaha dengan sungguh-sungguh, insyaa Allah akan kalian dapatkan.  Bukan sekedar kesembuhan, namun lebih dari itu. Sesuatu yang tak pernah kalian duga-duga dan nyana-nyana sebelumnya. Dan itu akan membuat kalian sangat takjub kepada kebesaran Allah SWT. yang telah memberi kita semua hidup dan memenuhi segala hajat hidup kita.

Saya do’akan, semoga kalian mampu menangkap hidayah Rahmat, Keberkahan dan Kasih Sayang dari Allah SWT. dan menikmatinya dengan penuh syukur. Sehingga yang ada hanya kedamaian...kedamaian...ketenteraman jiwa dan keharuan senantiasa...

Aamiin Ya Rabbal’alamiin..

Tak lupa salam serta sholawat yang senantiasa kita haturkan bagi Baginda Rasulullah SAW. Junjungan kita kaum beriman, yang syafaatnya senantiasa kita nantikan sekarang dan kelak di yaumul qiyamah. Aamiin.

Alhamdulillahirabbil’alamiin..

Purworejo, 5 Januari 2018
Salam Bahagia
NiniekSS


Labels: EDISI SPESIAL, Hal-hal penting untuk diketahui, KASIH SAYANG, MENSYUKURI NIKMAT

Thanks for reading Memaknai Hidup Dengan Mengagendakan Kebaikan. Please share...!

4 comments on Memaknai Hidup Dengan Mengagendakan Kebaikan

  1. Terimakasih sudah diingatkan bu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Elen

      Iya mbak, sama-sama. Bukankah tugas manusia hidup salah satunya adalah saling mengingatkan. Artikel ini saya tulis juga untuk mengingatkan diri saya sendiri agar senantiasa bisa menjaga serta meningkatkan kebaikan serta kesucian dalam keseharian.

      Salam,

      Hapus
  2. Benar sekali buu...
    Harus selalu belajar ikhlas memberi sesuatu kepada org lain walaupun nilainya kecil.
    Allahpun pasti akan membalasnya nanti dlm bentuk yg kita g tau.tau2 terjadi sesuatu yg membuat kita takjub.
    Salam hangat ibuu...😘😘😘

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amat Marsudi

      Aamiin mbak Wien. Semoga kita semua menjadi orang yang ikhlas, sabar dan tawakkal, semua karena Allah SWT. Semoga segera sembuh seperti ibu ya mbak.

      Salam,

      Hapus

Back To Top